Sabtu, 31 Maret 2012

jilbab

Singkat cerita, namaku Aldo (25), & 2 temanku yaitu Dony (30) & Reno (27) (rata-rata tinggi badan kami sekitar 170 cm dengan berat badan yang proposional) sore itu sedang duduk-duduk di teras depan rumahku untuk menggodai cewek-cewek yang menjadi guru ngaji anak-anak TPA di masjid yang letaknya tidak jauh dari rumahku (seperti sore-sore biasanya). Tetapi pada saat itu kami bertiga tidak hanya berniat untuk menggoda saja, kami telah merencanakan sesuatu yang spesial kepada salah satu cewek yang menjadi guru ngaji tersebut.
Gadis alim yang bernasib sial itu bernama Aisya (20), tingginya sekitar 160 cm dengan berat yang proposional, kulit mulus sawo matang agak keputih-putihan, dia lulusan MAN. Diantara cewek-cewek yang menjadi guru ngaji tersebut Aisyalah yang paling manis & cantik. Aisya sering sekali mengenakan jilbab, kemeja, rok yang agak ketat, kaos tangan, kaos kaki & sepatu yang kesemuanya berwarna serba putih, mungkin Aisya memang suka dengan pakaian yang serba putih sehingga membuat jantung kami berdetak sangat kencang setiap kali kami melihatnya & beruntungnya pada sore itu muslimah berjilbab ini juga mengenakan pakaian seperti itu.
Singkat cerita, Aisya yang selalu ditemani sahabatnya, Nur setiap berangkat ke masjid, entah kenapa pada sore itu berjalan sendirian karena ternyata Nur telah berangkat terlebih dahulu. Kami tidak peduli apa yang membuat Aisya terlambat, yang kami tahu kejadian seperti itu benar-benar merupakan anugerah bagikami.
Singkat cerita saat muslimah berjilbab ini lewat depan rumahku, kami melancarkan aksi yang telah kami rencanakan sebelumnya tentunya. Pertama-tama akupun memanggil & mendekati Aisya.
Aku(Aldo):“Assalaamu’alaikum Aisya..? Aisya : “Wa’alaikum salam, ada apa ya mas..??” Aku (Aldo) : “Begini, tadi temenmu yang namanya Nur itu entah kenapa tiba-tiba pingsan di depan rumahku ! ”Aisya : “HAH!! Pingsan!? Bukannya dia udah duluan ke masjid tadi itu ?”
Aku (Aldo) : “Memang bener tapi entah kenapa pas dia jalan lewat di depan rumahku Nur kliatan sepertinya pusing & malah pingsan.
Tanpa menunggu lama lagi kami bertiga segera menolongnya dan membawanya ke dalam rumahku. Jadi lebih baek kamu liat sendiri aja deh.” Singkat cerita karena terlalu panik Aisya pun masuk ke dalam rumahku dengan sigap. Muslimah berjilbab ini langsung merangsek masuk ke dalam kamarku setelah kujelaskan dimana kami merebahkan tubuh Nur. Kemudian Aisya masuk ke kamarku & mendapatkan kamarku yang ternyata kosong, tidak seorangpun ada di dalamnya selain Dony, Reno, ranjangku, 4 buah handycam milik kami yang telah dalam keadaan menyala & juga soundsystemku. Sepertinya muslimah berjilbab ini telah mengetahui gelagat jahat dari kami, tapi sebelum Aisya membalikkan badan untuk berlari keluar dari kamarku, Dony sudah terlebih dahulu membekap mulut Aisya dari belakang, sementara tangan kirinya menyergap kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar di balik jilbab putih Aisya dengan kasar. Kemudian akupun menyetel soundsystemku keras-keras dengan musik disko remix untuk meredam teriakan Aisya, lalu mulai mengunci semua pintu rumahku & juga kamarku sendiri dengan sigap.. Kedua tangan Aisyapun mencoba melepaskan kedua tangan Aldo sementara kakinya meronta-ronta menendang kesana kemari. Renopun dengan sigap memegangi kedua kaki muslimah berjilbab ini. Kemudian kami bertigapun melemparkan tubuh muslimah berjilbab ini ke ranjangku yang ukurannnya lumayan besar. Aisya : “HAH!! Mau apa kalian !!?? mana Nur!!??” Aku (Aldo) : “Kamu nggak usa banyak tanya tentang Nur! Dia baek2 aja & uda sampe di masjid dari tadi!” Dony : “Sebaiknya kamu pikirkan diri kamu aja sendiri karena kamu harus mempersiapkan diri kamu baek-baek untuk melayani kami bertiga sampe puas di sini, HA..HA..HA..!!”

Aisya : “ENGGAK!! Jangan perkosa aku mas, pliiss!! Di tasku itu ada HP, silahkan ambil aja kalo mas mau tapi tolong jangan perkosa aku!!” Reno : “Udah deh kamu tenang aja! Kami nggak akan ambil HPmu karena kami nggak butuh!! Kami cuma pengen ngajak kamu menikmati surga dunia sebelum kamu menikmati surga di akhirat nanti.” Kami bertigapun dengan sigap melucuti seluruh pakaian kami hingga kami telanjang bulat. Muslimah berjilbab inipun terbelalak ketakutan. Kemudian Aisyapun mencoba memberontak untuk meloloskan diri tapi kami bertiga menyergapnya dengan sigap & mencampakkan Aisya kembali ke ranjang, semantara aku mencampakkan tas Aisya & juga sepatu Aisya ke lantai setelah sebelumnya aku menyimpan HP Aisya di kantong celanaku yang kini kugantung di pintu kamarku untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian karena sudah kesetanan, kami bertiga naik ke atas ranjangku.
Jadi saat itu Aisya & kami bertiga berada di atas ranjangku semua. Sesuai dengan yang telah kami sepakati sebelumnya dalam suit ternyata Dony mendapatkan kesempatan pertama untuk memperawani Aisya disusul aku & Reno. Walaupun aku sebagai tuan rumah tapi aku tetap berusaha untuk sportif
Kini posisi kami bertiga adalah : aku memegangi tangan kiri & kaki kiri Aisya sementara Reno sebaliknya yaitu memegangi tangan kanan & kaki kanan muslimah berjilbab ini, Donypun sebagai pemegang mandat pertama langsung mencengkeram & membuka lebar kedua paha Aisya setelah sebelumnya menyingkap rok putih Aisya sampai ke atas sampai CD Aisya yang ternyata juga berwarna putih terlihat dengan bebas. Kemudian dengan satu tangan saja Dony mengoyak CD muslimah berjilbab ini di salah satu sisinya saja sehingga CD Aisya tetap menempel di selangkangan Aisya tetapi telah terbuka & menyuguhkan vagina Aisya dengan bulu yang tidak terlalu lebat, sungguh pemandangan yang amat lezat. Tidak mau kalah dengan aksi Dony, Renopun dengan salah satu tangannya melepasi kancing kemeja yang dikenakan Aisya sekaligus merenggut BH Aisya yang ternyata juga berwarna putih & mencampakkannya ke lantai sehingga terpampanglah kedua buah dada Aisya yang tidak terlalu besar tapi benar-benar mulus &kencang.
Sehingga keadaan Muslimah berjilbab ini kini hanyalah tinggal mengenakan jilbab, kemeja, rok, kaos tangan, kaos kaki yang kesemuanya berwarna putih dengan kakinya yang ditahan mekangkang oleh Dony sementara rok & kemeja Aisya yang sudah terbuka bebas serta CD Aisya yang telah koyak tetapi masih menempel di daerah selangkangannya. Muslimah berjilbab ini mencoba meronta & berteriak sekuat tenaga, tetapi musik disko remix yang kusetel telah meredam teriakannya. Kamipun makin terangsang untuk mencumbui Aisya. Dony menahan kedupa paha Aisya tetap mekangkang dibantu olehku & juga Reno. Donypun memulai aksinya dengan membuka lebar vagina Aisya selebar-lebarnya lalu menjilatinya sampai mengenai klirotis muslimah berjilbab ini. Dony menyodok-nyodokkan lidahnya ke dalam vagina Aisya yang dihiasi dengan bulu-bulu pendek nan indah itu. Aku & Renopun tidak mau ketinggalan, kami mulai meremasi & menghisap-hisap kedua payudara muslimah berjilbab ini bak singa kelaparan sambil sesekali menggigit & juga mencupangnya.
Aisya : “Akkhh!! Jangaaaann..!! Enggak mauuu!! Ampuuunn..!!!”

Perlakuan kami bertiga membuat Aisya terbelalak & terkejut setengah mati. Muslimah berjilbab ini samasekali tidak percaya, tubuhnya yang selalu dirawat & dijaga kesuciannya yang samasekali belum pernah tersentuh bahkan oleh sesama wanita kini harus direlakan untuk dinikmati & diacak-acak oleh 3 orang laki-laki sekaligus yang bahkan bukan mukhrimnya. Akhirnya Dony yang sudah tidak tahanpun mulai menempelkan penisnya yang sudah tegang sedari tadi ke vagina Aisya. Tentu saja itu membuat muslimah berjilbab ini ketakutan setengah mati & meronta sekuat tenaga tetapi tentu saja tenaga kami bertiga jauh lebuh kuat. Aku & Renopun mencoba menahan tubuh Aisya untuk merendam rontaan Aisya yang semakin menjadi-jadi & juga agar kedua paha Aisya tetap mekangkang untuk memuluskan aksi Dony.
Akhirnya Dony yang sudah kesetanan langsung membuka lebar vagina Aisya & menancapkan penisnya yang sudah tegang tidak karuan itu ke mulut vagina Aisya. Dony mencoba melesakkan penisnya yang besar itu ke dalam vagina muslimah berjilbab yang masih suci ini, karuan saja Aisya terkejut setengah mati.
Aisya : “AAAKKKHHKKKHH..!! JANGAAANNNN.. !! AMPUUNNN..!!”

Kemudian akupun melumat habis bibir mungil Aisya dengan buas untuk meredam teriakan Aisya. Reno yang sedari tadi hanya berebut buah dada muslimah berjilbab ini denganku kali ini bisa menguasai keduanya, buah dada bagian kanan Aisya disedot-sedot & dilumat sementara salah satu tangannya meremasi buah dada yang kiri & lalu sebaliknya, begitu seterusnya secara bergantian mulut & tangan Reno beraksi dengan kasar. Donypun mulai berusaha sekuat tenaga melesakkan seluruh penisnya ke dalam vagina Aisya.
Aisya : “MMPHHHPMMHH..!!!!”

Sepertinya Aisya berusaha berteriak sekuat tenaga, tetapi karena lumatan ganasku di bibir mungil Aisya, membuat usaha muslimah berjilbab ini sia-sia aja.
Penderitaan Aisya membuat Dony kesetanan tidak karuan, Dony mengerahkan sekuat tenaga menghujamkan seluruh penisnya ke dalam liang vagina Aisya yang terlalu sempit untuk penis sebesar miliknya itu.
Aisya : “MMPPPHHHAAAAAAAKKKKKHHH…!!! TOLOOOONGGGG..!!”

Mungkin karena terlalu terkejut & kesakitan yang bukan main walaupun aku sudah mengulum bibir Aisya dengan ganas dibantu dengan salah satu tanganku yang memegang erat kepala Aiya yang terbalut jilbab ini tetap saja kulumanku akhirnya terlepas & Aisya berteriak sekuat tenaga berharap akan ada yang menolongnya, tetapi lokasi kamarku yang terletak jauh di dalam rumahku yang besar & juga soundsystem yang telah kusetel keras-keras membuat usahanya sia-sia. Aku melihat mata muslimah berjilbab ini terpejam kuat & air matanya mengucur deras. Aku merasakan sesuatu telah terjadi dengan Aisya. Benar saja aku melihat dari sela-sela vagina Aisya telah mengalir darah segar sampai membasahi CD Aisya yang telah koyak & masih menempel di daerah selangkangannya tersebut. Dengan sigap aku membersihkan darah keperawanan muslimah berjilbab ini yang telah bercampur keringat dengan menggunakan CD Aisya yang telah koyak sampai bersih. Kemudian aku segera mengambil CD Aisya & menunjukkan darah keperawanannya pada salah satu dari keempat handycam milik kami yang sedari tadi merekam aksi bejat kami lalu menyimpan CD muslimah berjilbab yang telah dihiasi oleh darah keperawanannya ini ke dalam laci rahasiaku dengan baik yang akan aku gunakan sebagai kenang-kenangan. Kemudian aku kembali naik ke ranjangku bergabung dengan teman-temanku lagi. Aku kembali berebut buah dada Aisya dengan Reno sementara Dony mulai sibuk berusaha menggenjot vagina muslimah berjilbab ini.
Aisya : “AKKHH..!! OOKKHH..!! UUGGHH..!!”

Akhirnya Dony yang sudah terangsang tidak karuan justru mengeluarkan sperma ke dalam rahim Aisya terlebih dahulu sebelum sempat menhantarkan muslimah berjilbab ini mencapai orgasme. Padahal kesepakatan kami adalah disebut 1 kali giliran apabila salah satu diantara kami berhasil menghantarkan Aisya menikmati “surga dunia”. Akhirnya atas dasar rasa kesetiakawanan aku & Reno memutuskan membantu Dony untuk menghantarkan muslimah berjilbab ini menikmati “surga dunia”. Kemudian Dony mencabut penisnya dari vagina Aisya sehingga membuat darah keperawanan Aisya & sperma Dony bercampur & berceceran ke ranjangku yang putih bersih itu. Lalu kami membuat posisi Dony & Aisya terbalik. Aku & Reno sengaja membiarkan tubuh Dony berada di bawah tubuh Aisya untuk beristirahat sebentar sambil mengumpulkan tenaga, sementara aku & Reno membuat tubuh muslimah berjilbab yang sudah lemah lunglai ini tertelungkup di atas tubuh Dony sambil kedua kakinya kami tekuk, sehingga kaki Aisya seperti kaki katak agar pahanya tetap terbuka & mekangkang setelah sebelumnya kami juga telah mencampakkan rok putih & kemeja putih yang dikenakan Aisya ke lantai. Sehingga kini Aisya tinggal mengenakan jilbab (yang telah kami ikatkan dengan rapi & erat ke belakang lehernya agar tidak menutupi buah dadanya), kaos tangan & kaos kaki yang semuanya berwarna serba putih. Tidak henti-hentinya Aisya mengangis & meronta-ronta dengan sisa-sisa tenaganya walaupun itu hanya sia-sia saja.

Singkat cerita aku & Reno mengangkat sedikit tubuh Aisya ke atas, kemudian Reno mulai menempatkan penisnya ke mulut Aisya yang menganga lebar karena terus menangis & menahan rasa sakit yang teramat sangat. Mata Aisyapun kembali terbelalak, tapi sebelum muslimah berjilbab ini selesai dengan keterkejutannya penis besar Reno yang sudah tegang sedari tadi telah tenggelam seluruhnya ke dalam mulut Aisya & langsung menggenjotnya dibantu kedua tangan Reno yang mencengkeram kuat kepala Aisya yang terbalut jilbab putih itu. Donypun berhasil menahan kedua tangan Aisya dari bawah sebelum Aisya mencoba menyingkirkan penis Reno dari dalam mulutnya.
Aisya : “Akkhhmph..!! Mmphh..!! Ampphh..!!”
Muslimah berjilbab ini terlihat seperti tersedak-sedak, tetapi itu justru membuat Reno semakin kesetanan & terus menggenjot mulut mungil Aisya sambil kedua tangannya mencengkeram kuat kepala Aisya yang terbalut jilbab putih itu kuat-kuat. Setiap kali tangan Aisya mencoba mengeluarkan penis Reno dari mulutnya, Dony selalu menahan kedua tangan muslimah berjilbab ini dari bawah sambil sesekali meremasi kedua buah dada Aisya untuk menahan tubuh Aisya. Akupun memulai aksiku dengan membuka lebar belahan pantat Aisya dengan kuat & mulai menyodok-nyodokkan lidahku sambil menjilati lubang anus muslimah berjilbab ini. Ternyata Aisya merawat daerah vagina sampai ke daerah anusnya dengan baik, karena hanya bulu-bulu halus nan pendek saja yang menghiasinya. Karena melihat penderitaan Aisya yang teramat sangat membuatku sudah tidak tahan lagi, aku tidak peduli apakah anus Aisya sudah cukup basah dengan ludahku atau belum yamg jelas aku langsung mengangkat pinggul Aisya & membuka lebar belahan pantat muslimah berjilbab ini dengan kasar kemudian aku mulai berusaha memasukkan penisku yang sudah tegang sedari tadi ke dalam lubang anus sempit milik muslimah berjilbab ini dengan kasar. Betapa kurasakan ukuran lubang anus Aisya yang terlalu sempit untuk penis seukuranku tapi karena aku sudah kemasukan setan, maka aku mendorong penisku sekuat tenaga ke dalam lubang anus Aisya sampai pada akhirnya aku barhasil membenamkan seluruh penisku ke dalam lubang anus Aisya meskipun menguras banyak tenagaku, bahkan aku merasakan bahwa aku telah mengoyak segumpal daging yang kenyal.

Aisya : “OOAAAKKHHMMMPPHH..!! UHUKK..!! UHUKKH..!!”
Tentu sajaAisya terkejut bukan main, muslimah berjilbab ini pasti merasakan anusnya seakan seperti terbelah saja. Aisya mencoba berteriak sekuat tenaga, tapi genjotan kasar penis Reno di dalam mulut Aisya membuat Aisya hanya bisa mengerang & terbatuk-batuk saja.
Darah segarpun kurasakan mengucur dari belahan pantat muslimah berjilbab ini menemani air matanya yang terus mengucur sedari tadi. Walaupun aku merasa bahwa aku telah memperawani anus Aisya sehingga terasa agak longgar tetapi masih kurasakan agak sempit untuk penis seukuranku bisa menggenjotnya. Tapi karena aku memang sudah kesetanan maka kugenjot saja anus muslimah berjilbab ini dari belakang secara brutal sambil mencengkeram erat pinggul Aisya.

Akhirnya penderitaan yang dialami Aisya membuat Dony kembali bangkit. penis Donypun menegang kembali & mulai memasukkannya ke dalam vagina muslimah berjilbab ini. Mimpi buruk bagi Aisyapun dimulai. Kini muslimah berjilbab ini benar-benar tidak dapat berkutik lagi. Aisya kini yang tinggal menggunakan jilbab, kaos tangan, & kaos kaki yang semuanya berwarna putih ini menjadi serba salah. Setiap kali aku menggenjotnya dari belakang maka otomatis Aisya akan terpental-pental ke depan & itu justru akan menambah kenikmatan bagi Reno yang sedang menggenjot mulut Aisya dari depan begitu juga sebaliknya setiap kali Reno menggenjotnya dari depan itu merupakan suatu kenikmatan yang tiada tara bagiku. Bahkan setiap kali Aisya mencoba menghindar ke bawahpun, genjotan penis Dony di dalam vagina Aisya & kedua tangan Dony yang selalu meremas-remas, serta mulut liarnya yang sesekali menghisap-hisap kedua buah dada milik muslimah berjilbab ini selalu menantinya dengan senang hati. Singkatnya kini penis-penis kami semua telah kami letakkan pada lubang-lubang kenikmatan milik muslimah berjilbab ini & aku melihat Aisya kini hanya seperti seonggok daging hidup yang hina.
Aku kemudian mempercepat tempo genjotanku ke dalam anus Aisya dengan ganas sampai akhirnya, croott..!! crooott..!!

Aisya : “AAGGHHMMPPHH..!!”
Aku merasakan bahwa aku telah menumpahkan sperma sekuat tenagaku di dalam lubang anus Aisya karena sudah tidak tahan lagi. Akhirnya anus muslimah berjilbab ini terisi penuh dengan spermaku. Sperma yang telah membaur dengan keringat & darah Aisyapun mengucur dari sela-sela anus Aisya kemudian menetes membasahi ranjangku yang berseprei putih nan bersih tersebut. Akhirnya Renopun menyusulku mencapai klimaks & menumpahkan sperma yang banyak & kental ke dalam tenggorokan Aisya.
Aisya : “UHUKKHH..!! UHUKHKK..!!”

Tentu saja Aisya merasa benar-benar jijik & mual sehingga ingin memuntahkan sperma yang memenuhi mulutnya tapi Reno dengan sigap & kasar terlebih dahulu telah membungkam mulut Aisya, sehingga Aisya terpaksa menelan sperma Reno meskipun masih ada sebagian kecil sperma Reno yang mengalir dari sela-sela bibir Aisya hingga menetes membasahi jilbab putih bersihnya itu.

Tidak lama kemudian, Dony yang sedari tadi memompa vagina Aisya sudah mencapai orgasmenya yang kedua. Bersamaan dengan itu kami melihat tingkah Aisya menjadi aneh seperti orang kesurupan, matanya terpejam kemudian terbelalak kembali, lalu tiba-tiba seluruh anggota badan Aisya mengejang & mengeras.Mengetahui muslimah berjilbab ini sudah mencapai pintu “surga dunia”, Dony yang sudah orgasme sedari tadi mempercepat tempo genjotannya secara brutal sampai akhirnya, croott..!! croooott..!!
Aisya : “AAKKHHKKHH..!!”

Donypun memuntahkan spermanya ke dalam rahim Aisya & tidak hanya itu, akhirnya kami mampu manghantarkan muslimah berjilbab ini menjelajahi nikmatnya “surga dunia”. Meskipun setelah mencapai orgasmenya yang pertama Aisya langsung pingsan tidak sadarkan diri karena kelelahan.

Saat itu msulimah yang dikenal santun & taat ini benar-benar telah bermandikan dosa & maksiat begitu juga dengan kamarku. Sementara Aisya pingsan, kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu setelah mencabut penis-penis kami dari lubang-lubang kenikmatan Aisya. Setelah kami selaesai mengenakan pakaian kami, kami mematikan keempat handycam yang sedari tadi merekam aksi bejat kami tersebut.
Singkat cerita setelah kami bertiga minum obat kuat & beristirahat, kami bertiga tidak sengaja tertidur karena kelelahan. Dony & Reno tertidur di lantai kamarku, sementara aku tertidur di sofa dekat kamar tidurku. Yang jelas kami bertiga tertidur di luar kamar tidurku jadi kini yang masih berdada di ranjang kamar tidurku hanyalah Aisya yang nasih mengenakan jilbab putih yang terikat ke belakang lehernya & berlumuran sperma, serta kaos tangan & kaos kaki yang berwarna putih, kondisi Aisya benar-benar memprihatinkan di mulutnya berlumuran sperma, sementara di vagina & anus muslimah berjilbab ini berlumuran sperma yang telah tercampur baur dengan darah keperawanannya.

Singkat cerita setelah aku terjaga (kurang lebih pukul 21:00) Dony & Reno kulihat masih tertidur lelap. Ingatanku langsung tertuju kepada Aisya karena Aisya masih berhutang memek kepadaku & memang akulah yang mendapat urutan yang kedua, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung mencari Aisya di kamarku tapi ternyata yang aku dapati hanyalah barang-barang Aisya seperti tas, kemeja, rok, BH, sepatu, kaos tangan, kaos kaki & juga jilbab milik Aisya tetapi tanpa Aisya. Seingatku, aku memang tidak mengunci pintu kamarku setelah kami keluar dari kamarku untuk beristirahat tadi, tetapi aku telah mengunci pintu pagar rumahku & semua pintu keluar dari rumahku untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Akupun terus mencari Aisya dengan panik. Akhirnya aku menemukan Aisya di salah satu sudut ruangan yang jauh dari kamarku. Aku jadi teringat sewaktu kami bertiga memperkosa Aisya tadi, kami bahkan telah mengabaikan saat azan maghrib & isya. Nafsu memang bisa mengalahkan segalanya.

Yang kulihat kali ini adalah Aisya yang mengenakan mukena pituh bersih sedang bersujud sambil menangis di atas sajadahnya yang lumayan lebar. Ternyata tas Aisya selalu dilengkapi dengan perlengkapan ibadah juga selain perlengkapan mengaji & juga HP & tentu saja Aisya selalu membawanya setiap saat dia bepergian. Tetapi anehnya, samar-samar aku mencium bau harum seperti sabun mandi milikku. Mungkin Aisya yang sudah putus asa mencari jalan keluar dari rumahku akhirnya memutuskan untuk mandi & mensucikan diri untuk kemudian Aisya melakukan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang taat yaitu sholat. Mungkin Aisya menangis pada saat bersujud karena telah meninggalkan sholat maghrib hanya untk melayani nafsu bejat kami.

Tanpa Aisya sadari aku berjalan secara perlahan mendekatinya & setelah kuamati dengan cermat, ternyata Aisya tidak mengenakan pakaian atau penutup aurat lain selain mukena putih bersih yang dikenakannya. Memang secara logika pakaian Aisya yang ditinggalkannya di kamarku telah berlumuran dosa & maksiat jadi mustahil bagi Aisya untuk menggunakannya sebagai perlengkapan beribadah lagi. Mungkin karena Aisya tidak mengenakan pakaian lain selain mukena yang dikenakannya, lekuk-lekuk tubuh Aisya jadi tercetak jelas membayang di balik mukenanya yang putih bersih.

Aku yang telah meminum obat kuat & tenagaku yang juga telah pulih kembali membuatku sangat bernafsu melihat Aisya yang masih sedang bersujud, yang hanya mengenakan mukena yang tanpa dirangkap pakaian sehelaipun. Aku yang sudah kalap langsung saja melucuti semua pakaianku sendiri, kemudian mendekati Aisya, lalu langsung saja kusingkap mukena bagian bawahnya ke atas dengan kasar, sehingga tentu saja pantatnya yang sekal & mengkilat tersaji dengan mudah.
Aisya : “HAAHH..!!”

Aisya terkejut bukan main. Aku langsung menyergap pinggulnya dengan kasar & disaat Aisya masih dalam posisi bersujud, aku langsung menghujamkan jari-jari tangan kananku yang sudah kubasahi dengan air liurku ke lubang anus Aisya.
Aisya : “AAKKHH..!! ampuuun maass..!! jangan sekarang maas..!!”
Aku (Aldo) : “Mau gimana lagi!!?? Kamu lama banget bikin aku nunggu!!”
Aisya : “Tapi aku kan lagi solat maaasss..!! Biadab kamu maass..!! AAKKHH..!!”
Aku yang sudah kalap langsung saja mengobok-obok lobang anus muslimah taat ini dengan jari telunjuk, jari tengah, & jari manisku secara cepat & brutal, sementara tanganku yang lain menahan perut Aisya dari bawah. Setelah aku merasakan bahwa anus Aisya telah lumayan licin, aku langsung saja menghujamkan penisku yang sudah tegang sedari tadi ke lubang anus muslimah taat ini. Dalam keadaan Aisya masih pada posisi bersujud, aku kembali menyodomi Aisya tanpa ampun. Kedua tanganku yang menggenggam erat pinggul Aisya membuat Aisya tetap terjaga dalam posisi bersujud. Walaupun Aisya mengerang-erang & berkali-kali mencoba meronta tapi apa daya seorang wanita yang kondisinya sudah lemah karena perkosaan yang dialaminya sebelumnya melawan seorang pria yang bahkan telah meminum obat kuat pria.
Aisya : “Akkhh..!! Okkhh..!! Akkhh..!! Ookkhh..!! Okkhh..!!”
Aku (Aldo) : “Ohh..!! Uhh..!! Ohh..!! Ohh..!!”

Karena aku memompa anus muslimah taat ini dengan ganas, akhirnya erangan kamipun menjadi seirama. Aku merasakan lubang anus Aisya telah berbeda dibandingkan pada waktu aku menyodomonya saat pertama kali tadi. Kini liang anus Aisya menjadi lebih bersih, sungguh berbeda pada waktu aku menyodominya saat pertamakali tadi, aku merasakan banyak kotoran yang mengganjal di dalam liang anus muslimah taat ini. Mungkin pada saat Aisya mandi & mensucikan diri tadi, Aisya sekaligus buang air besar. Aku jadi merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Aku merasakan bahwa aku hampir mencapai orgasme, jadi dengan segera aku mencabut penisku dari anus muslimah taat ini, kemudian aku membalikkan tubuh Aisya dengan kasar & langsung saja kuhujamkan penisku yang sudah hampir mencapai klimaks itu ke dalam vagina Aisya. Kemudian aku langsung memompa vagina Aisya sambil sesekali mulutku menyedot & menggigiti kedua buah dada Aisya dengan kasar. Aku membungkam bibir mungil Aisya dengan bibirku. Sambil terus memompa vagina muslimah taat ini, lidahku secara terus-menerus menyapu seluruh isi bibir mungil Aisya tersebut dengan ganas, sementara tangan kiriku menahan kepala Aisya yang masih terbalut mukena itu & tangan kananku yang tidak henti-hentinya meremasi kedua buah dada Aisya. Tiba-tiba Aisya yang sedari tadi hanya mengerang-erang & meronta-ronta sambil menangis menjadi seperti orang kesurupan, badan Aisya jadi menggelinjang kesana-kemari. Aku yang sudah hampir mencapai klimaks dari tadi ternyata kini merasakan bahwa Aisya juga sudah mencapai puncaknya. Kemudian sekujur tubuh Aisyapun jadi mengeras lagi & aku yang sudah tidak tahan lagi langsung ..croott..!! ..croooottt..!!
Aisya : “MPPHHPHH..!!”
Aku (Aldo) : “UOOOHKKHHHHH..!!”

Akhirnya kami berdua mencapai orgasme pada saat yang bersamaan. Aku merasakan bahwa aku telah menumpahkan seluruh spermaku ke dalam rahim Aisya, walaupun masih ada sedikit spermaku yang telah tercampur dengan darah keperawanan Aisya (walau hanya sedikit) menetes di atas sajadah suci milik Aisya. Sajadah Aisya yang juga berwarna putih bersih itu menjadi berlumuran dosa & maksiat setelah kami bergulat mesum di atasnya. Mukena Aisyapun telah terbasahi oleh keringat kami berdua ditambah lagi noda-noda sperma & titik-titik darah keperawanan Aisya juga turut menghiasi mukena Aisya yang tadinya putih bersih nan suci itu. Setelah melakukan pergumulan terlarang itu kami kelelahan & ambruk di atas sajadah Aisya. Muslimah taat inipun kemudian pingsan & aku beristirahat di samping tubuh Aisya sambil mengatur nafas.

Ternyata tanpa kusadari aku tertidur lagi & aku terjaga setelah Dony membangunkanku. Tiba-tiba aku mendengar suara jeritan & rintihan Aisya. Ternyata setelah aku melihat, Aisya telah lengkap dengan jilabnya seperti saat sebelum dia diperkosa tadi. Aisya juga telah mengenakan tasnya kembali. Kulihat Reno sedang menyodomi Aisya dalam posisi keduanya berdiri & rok muslimah berjilbab ini yang tersingkap sampai ke atas. & kupikir memang tinggal Renolah yang belum mendapatkan giliran. Aku melihat kedua tangan Aisya yang memegang gagang pintu depan rumahku, rupanya muslimah berjilbab ini berusaha kabur. Reno memompa muslimah berjilbab ini dari belakang dengan ganas sementara kedua tangan Reno menggenggam erat pinggul Aisya sambil sesekali meremasi kedua buah dada Aisya dengan kasar.

Tiba-tiba Dony menghampiriku & menceritakan bahwa perkiraan kronologinya adalah sebagai berikut : ternyata pada saat aku tertidur, Aisya hanya pura-pura kelelahan saja & ikut tertidur, setelah itu Aisya mengambil kunci dari kantongku dengan sangat hati-hati & panik sampai Aisya lupa untuk tidak sekalian mengambil HPnya yang juga berada di kantongku yang lain. Selanjutnya Aisya kembali ke kamarku & mengenakan seluruh pakaiannya yang telah berserakan di lantai & ranjang kamarku serta mengenakan tasnya setelah sebelumnya memasukkan mukenanya ke dalam tasnya sampai-sampai Aisya tidak peduli lagi dengan noda-noda maksiat yang telah menempel di seluruh pakaian termasuk mukenanya. Kemudian muslimah taat yang telah kembali mengenakan jilbab & semua perlengkapan seperti sebelumnya itupun langsung berusaha kabur melalui pintu depan. Karena semua kunci pintu rumah kujadikan satu sehingga membuat Aisya kesulitan untuk menebak-nebak kunci mana yang tepat. Di tengah-tengah usaha Aisya dalam membuka pintu depan rumahku Reno terjaga & memergoki Aisya yang sedang mencoba kabur. Renopun segera membangunkan Dony tapi Reno tidak sempat membangunkanku karena jarakku yang terlalu jauh sehingga dikhawatirkan akan memberi peluang banyak bagi Aisya untuk kabur. Muslimah berjilbab ini panik setelah mengetahui bahwa Reno telah memergokinya. Ternyata kepanikan Aisya justru memudarkan konsentrasinya dalam membuka pintu depan rumahku. Saat kepanikan menyerang Aisya habis-habisan, Reno yang berpikir bahwa sekarang adalah gilirannya untuk mengawal Aisya menikmati “surga dunia” langsung melucuti seluruh pakaiannya sendiri lalu menyingkap rok Aisya sampai ke atas pundak muslimah berjilbab ini kemudian kedua tangan Reno langsung menyergap pinggul Aisya dengan kasar. Penisnya Reno yang sudah tegak mengacung itupun langsung dihujamkannya ke dalam lubang anus muslimah berjilbab ini.

Aisya : “AAKKHHKKHH..!! Ampun maass..!! Aku udah nggak kuat lagiii..!! Aku mohoonn..!!”
Reno : “Ayo buka pintunya..!! Aku juga sedang berusaha membuka milikmu..!! Ha..ha..ha..!!”
Donypun hanya membiarkan Reno beraksi sendirian karena memang sekarang adalah giliran untuk Reno. Dony hanya mengambil kembali kunci pintu rumahku yang sebelumnya dikuasai Aisya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian Dony mengembalikan kunci pintu rumahku kepadaku setelah menceritakan perkiraan kronologi tersebut.
Karena aku & Dony berpikir bahwa sekarang adalah giliran Reno, maka kami membiarkan Reno beraksi sendirian selama Reno tidak mengalami kesulitan & perlawanan yang berarti dari Aisya. Tiba-tiba aku mendengar HP Aisya yang kusimpan di kantongku berbunyi, & setelah aku mengeceknya ternyata Aisya mendapat SMS dari sahabatnya Nur.
SMS Nur : “Aisya, kamu malah pergi kemana sih!!?? Kalo kamu nggak bisa datang kenapa nggak kasih kabar!!?? Santri-santri & juga guru-guru ngaji yang laen pada nanyain tentang kamu ni!!??”

SMS balasanku : “Sory Nur kalo aku nggak ngasih kabar. Singkat cerita tadi aku ketemu dengan orang-orang yang bisa mengajariku merasakan kenikmatan surga dunia, jadi aku pikir aku harus belajar banyak tentang surga dunia ini sebelum aku bisa merasakan kenikmatan surga yang sebenarnya nanti biar aku nggak kaget gitu Nur.”
SMS Nur : “Kamu ni bicara nggak jelas apa sihh!!???”
SMS balasanku : “Udah deh Nur, tar gampang aku jelaskan!! Jadi kamu nggak usa cerewet lagi!! Aku lagi sibuk banget & tugasku masih banyak!!!”

Kemudian aku mengirim SMS tersebut kepada Nur setelah sebelumnya aku memaksa Aisya untuk membaca semua SMS Nur & SMS balasannya, lalu membuat HP Aisya kedalam mode getar saja. Perlakuan seperti itu kontan membuat mata Aisya merah padam & membuat muslimah berjilbab ini menangis tersedu-sedu. Tapi tangisan Aisya justru membuat Reno semakin kalap. Akhirnya Reno & Aisyapun berguling-guling di lantai seperti pasangan mesum tidak tahu malu yang sedang bergulat di dekat pintu depan rumahku.

Akhirnya kami melihat muslimah berjilbab ini menggelinjang tidak karuan. Mungkin Aisya sudah akan mencapai orgasme yang tidak dikehendakinya untuk yang ketiga kalinya begitu pula dengan Reno. Kemudian dengan sigap Renopun mencabut penisnya dari lubang anus Aisya & langsung menghujamkannya ke vagina muslimah barjilbab ini. Kontan saja Aisya terkejut bukan main. Meskipun muslimah berjilbab ini sedang dirundung sensasi yang aneh, tetapi mungkin karena keteguhan imannya, Aisya masih tetap bisa mengendalikan diri & tetap berusaha meronta sekuat tenaga. Tetapi Reno yang sudah kalap langsung memompa vagina Aisya tanpa ampun dari belakang sambil salah satu tangannya meremasi buah kedua buah dada Aisya dibalik hemnya yang telah dikenakan oleh Aisya kembali sementara tangan Reno yang lain mengangkat salah satu paha Aisya sampai mekangkang ke atas sehingga memudahkan Reno untuk dapat secara laluasa memompa vagina Aisya dari belakang. Tiba-tiba kulihat sekujur tubuh Aisya jadi menegang & mengeras, sementara Reno yang sudah tidak tahanpun langsung ..crott..!! crooott..!! crootttt..!!

Suara sperma yang disemburkan ke dalam rahim muslimah berjilbab inipun terdengar sampai di telinga kami.
Reno : “UUOOOOHHHH..!!”
Aisya : “AAKKKHH..!!!”
Reno melonglong seperti anjing disusul oleh suara pekikan Aisya secara tiba-tiba. Setelah Reno kelelahan & mencabut penisnya dari vagina Aisya masih juga kulihat ada darah keperawanan Aisya (walau hanya sedikit sekali), disusul sperma Reno yang meleleh sampai ke luar bibir vagina muslimah berjilbab ini. Kemudian Aisyapun tersungkur di lantai. Akhirnya Reno berhasil “memaksa” Aisya untuk menikmati keindahan “surga dunia” untuk yang ketiga kalinya.
Singkat cerita karena muslimah berjilbab ini tidak mengindahkan aturan kami karena telah mencoba untuk kabur, maka kami bertiga memutuskan untuk memberikan hukuman kepada Aisya. Tiba-tiba hujan turun beberapa saat setelah kami beristirahat & meminum obat kuat pria serta mencekoki Aisya dengan obat kuat pria juga (karena kami tidak punya obat kuat wanita). Hujanpun turun semakin deras & kamipun sepakat untuk menggunakan moment tersebut untuk mengeksekusi muslimah berjilbab ini.

Singkat cerita setelah kami menata keempat handycam kami di tepi kebun belakang rumahku & menghidupkannya kembali, kamipun melucuti semua pakaian kami & juga Aisya (sehingga kini Aisya tinggal mengenakan jilbab yang telah kami ikatkan ke belakang lehernya dengan rapi & erat, kaos tangan, & kaos kaki yang semuanya berwarna putih walau telah kotor karena perkosaan yang dialami Aisya sebelumnya). Kemudian kami bertiga menyeret Aisya menuju halaman belakang rumahku. Sementara itu Reno yang masih sempat mengambil HP Aisya dari kantongku celanaku & mengecek HP Aisya mendapati banyak sekali panggilan yang tidak terjawab telah masuk yang ternyata masih dari Nur, sahabat Aisya. Akhirnya dengan tidak sabar Renopun hanya membalasnya dengan mengirim SMS melalui HP Aisya yang ditujukan kepada Nur.

SMS Reno : “KAMU NI NYEBELIN BANGET SIH!! GARA-GARA KAMU CEREWET TERUS, AKU SEKARANG JADI DIHUKUM SAMA GURU-GURUKU!! TUGASKU JADI TAMBAH BANYAK TAU!!!”
& SMS itupun dikirim setelah sebelumnya Aisya kembali dipaksa untuk membacanya. Wajah Aisyapun menjadi merah padam, Aisyapun berusaha merebut HPnya dari tangan Reno tapi usahanya sia-sia. Akhirnya kamipun menyeret muslimah berjilbab ini sampai di tengah-tengah kebun belakang rumahku yang hanya ditumbuhi rerumputan saja. Karena pada malam itu hujan turun cukup lebat, maka secara otomatis kami berempat termasuk Aisya jadi berhujan-hujan di tengah kebun belakang rumahku. Suasana seperti ini sungguh sangat merangsang bagi kami bertiga, tetapi sebaliknya ini adalah mimpi buruk bagi muslimah berjilbab ini yang sebentar lagi akan menjadi kenyataan.

Aisya : “Aku mohon maasss..!! Aku udah nggak kuat lagiiii..!! Aku mohoon maaas..!! Ampuunnn..!!”
Aku (Aldo) : “Kamu udah berani ngambil kunci dari kantongku & nyoba kabur kan!?”
Dony : “Ya! Karena kamu udah berani maen api dengan kami, jadi kamu mesti dihukum!! “
Reno : “Tapi tenang aja..!! Hukuman ini justru akan menambah pengalamanmu untuk mempelajari nikmatnya surga dunia jauh lebih banyak ..he..he..!!”
Aisya : “Enggakk!!! Ahhh!!!!”

Tiba-tiba Dony menampar pipi Aisya sehingga membuat muslimah yang tinggal mengenakan jilbab, kaos tangan, & kaos kaki yang semuanya berwarna putih ini tersungkur di rerumputan. Kemudian dengan sigap kami bertiga langsung menempatkan posisi kami. Aku & Dony menyergap & mengangkat paha kiri Aisya ke atas, sementara Reno mengangkat lengan kiri Aisya ke atas sehingga muslimah berjilbab ini kini hanya menggantung-gantung di antara kami. Lalu kamipun segera menempatkan penis-penis kami. Penisku langsung kuhujamkan menembus vagina Aisya, Donypun menancapkan penisnya ke dalam lubang anus Aisya, & Renopun telah berhasil menenggelamkan penisnya ke dalam bibir mungil Aisya, sementara salah satu tangannya menggenggam kepala Aisya yang terbalut jilbab putih itu. Di saat kami menggenjot lubang-lubang kenikmatan Aisya, muslimah berjilbab inipun meronta-ronta sambil menangis. Kaki kanan Aisya yang masih bebas menggelinjang kesana kemari, sementara tangan kanan Aisya yang masih bebaspun selalu mencoba menghentikan aksi kami walaupun usahanya sia-sia karena tangan-tangan kami juga selalu menepisnya dengan kasar.

Aisya : “AAKKKHHMMPPHH..!!”
Karena sodokan-sodokan kasar penis Reno ke dalam mulut Aisya, membuat Aisya bungkam, bahkan hanya untuk berteriak saja tidak bisa dilakukannya. Kami berempatpun akhirnya bermandikan hujan, peluh, maksiat, & dosa.
Tiba-tiba entah kenapa, mungkin karena obat kuat pria yang telah kami cekokkan secara paksa ke dalam mulut Aisya, sehingga membuat tenaga muslimah berjilbab ini bangkit & sanggup melakukan perlawanan sengit. Aisya berhasil mengeluarkan penis Reno dari mulutnya dengan tangan kanannya yang masih bebas & meninju perut Reno sehingga membuat Reno meringis kesakitan. Secara otomatis kepala Aisya jatuh tersungkur di rerumputan. Kejadian ini benar-benar di luar perhitungan kami. Bahkan setelah itu, Aisya berhasil mendorong perutku dengan kaki kanannya yang masih bebas sehingga membuat penisku keluar dari vagina Aisya dengan mudah, secara refleks genggaman kedua tanganku atas paha kiri Aisya menjadi terlepas, sehingga membuat Dony menahan seluruh berat tubuh Aisya seorang diri. Tentu saja Dony tidak dapat mengimbangi gerak tubuh Aisya yang terus meronta-ronta seorang diri, akhirnya genggaman kedua tangan Dony atas paha kiri Aisya menjadi terlepas & juga penis Dony yang telah menancap di dalam anus Aisyapun dapat keluar dengan mudah. Akhirnya karena sudah tidak ada lagi seorangpun yang menahan berat tubuh Aisya secara otomatis tubuh muslimah berjilbab ini jatuh tertelungkup di rerumputan. Aisyapun dengan sigap mencoba meloloskan diri.
Akan tetapi sebelum Aisya berhasil bangkit dari posisinya, Donypun terlebih dahulu menendang selangkangan Aisya sehingga membuat Aisya kembali jatuh tertelungkup. Kemudian Donypun dengan sigap menindih Aisya dari atas sementara kedua tangannya meremasi kedua buah dada muslimah berjilbab ini dengan kasar yang bertujuan untuk menguras tenaga Aisya. Ttetapi sungguh di luar dugaan, Aisya tidak henti-hentinya melakukan perlawanan sengit. Kami benar-benar tidak menyangka jika obat kuat pria bisa membiat Aisya menjadi seperti ini. Keadaan seperti ini benar-benar memaksaku untuk berpikir cepat. Setelah aku mengingat bahwa aku selalu menyimpan tali-tali pramuka yang sering kita gunakan untuk hiking, akupun mengambilnya dengan sigap dari almariku.

Singkat cerita, kami telah berhasil mengikat muslimah berjilbab ini meski dengan perjuangan yang cukup melelahkan. & kini keadaan Aisya adalah : selain hanya menggunakan jilbab putih (yang telah terikat dengan rapi & erat ke belakang lehernya), kaos tangan putih & kaos kaki yang juga berwarna putih, kedua tangan Aisya juga telah terikat erat ke belakang punggungnya sampai berbentuk siku, sementara paha kanan Aisya terikat erat menempel dengan lengan kanan Aisya begitu pula sebaliknya, paha kiri Aisya juga telah terikat erat dengan lengan kirinya. Sehingga posisi kedua paha Aisya kini adalah terikat mekangkang & terbuka.

Akhirnya kami bertiga yang sudah tidak kuat menahan nafsu setan kami melihat keadaan Aisya seperti itu kembali menempatkan penis-penis kami ke lubang-lubang kenikmatan Aisya setelah sebelumnya merapikan kembali jilbab, kaos tangan, & kaos kaki yang dikenakan Aisya. Kini posisi kami adalah : Dony memangku Aisya setelah sebelumnya memasukkan penisnya ke dalam anus muslimah berjilbab ini, sedangkan aku memasukkan penisku ke dalam vagina Aisya, sementara kedua tangan Reno memegang & menahan kepala Aisya tetap berpaling ke kiri dimana Reno berada & kemudian menenggelamkan penisnya ke mulut Aisya secara paksa. Akhirnya kini kami bisa menggenjot lubang-lubang kenikmatan Aisya tanpa perlawanan berarti dari muslimah berjilbab ini. Aisya hanya membalas perlakuan kami bertiga dengan cucuran air mata & erangan-erangan yang tidak jelas yang keluar dari mulut Aisya dikarenakan genjotan ganas penis Reno di dalam mulut Aisya. Akhirnya kini muslimah berjilbab ini hanya seperti seonggok daging hidup yang hina, serta berlumuran maksiat & dosa.

Kami bertiga mempercepat tempo genjotan kami, & akhirnya Reno menyemburkan sperma terlebih dahulu di dalam mulut Aisya & Renopun memaksa Aisya untuk menelan spermanya dengan membungkam dengan mulut Aisya, meskipun masih ada juga sedikit sperma Reno yang menetes keluar dari bibir mungil muslimah berjilbab ini dikarenakan sperma Reno yang terlalu banyak memenuhi mulut Aisya yang hanya berukuran kecil tersebut. Mungkin karena Dony hampir mencapai orgasme jadi secara tiba-tiba Dony mencabut penisnya dari dalam anus Aisya & berusaha menenggelamkannya ke dalam vagina Aisya sehingga berdesak-desakan dengan penisku yang sedari tadi terus menggenjot vagina muslimah berjilbab ini. Cairan vagina Aisya yang telah tercampur aduk dengan keringat kami, membuat penis kami berdua sedikit demi sedikit bisa melesak masuk secara keseluruhan ke dalam vagina muslimah berjilab ini meskipun dengan perjuangan yang luar biasa. Tiba-tiba aku merasakan bahwa kami telah mengoyak sesuatu & merasakan cairan hangat yang meleleh di pahaku. Benar saja, setelah aku lihat ternyata pahaku telah terbasahi oleh darah keperawanan muslimah berjilbab ini. Ternyata penis kami berdua telah berhasil mengoyak bibir vagina Aisya jauh lebih lebar & berhasil memaksa darah keperawanan muslimah berjilbab ini keluar untuk yang kesekian kalinya.

Aisya : “AAAAKKKHHHKKHH..!!! AMPUUUNN..!! NGGAK MAUUUU..!! JANGAAAAAAAAAAAAAAANN..!! ..AAAAAAAAAAAAAAKKKKKHHKKHHH..!!”
Kontan mata Aisya terbelalak & terkejut setengah mati. Muslimah berjilbab ini samasekali tidak menyangka apa yang selama ini telah dirawat & selalu dijaga kesuciannya, serta tidak seorangpun bahkan sesama mukhrim pernah menjamahnya, kini harus direlakan untuk dimasuki 2 penis lelaki bejat sekaligus. Akhirnya kami bertiga sepakat untuk segera mengeksekusi Aisya. Kedua tangan Reno membantu menahan tubuh Aisya kuat-kuat sambil mulutnya mencupang kuat salah satu payudara Aisya, sementara aku & Dony mulai menggenjot vagina Aisya dengan irama yang sama.
Aisya : “AAKKKHHH..!! OOKKHH..!! AAAAAKKKHHKKKHH..!!........

Di tengah-tengah aku & Dony hampir mencapai orgasme, Aisya justru pingsan sampai tidak sadarkan diri karena tidak kuat lagi menahan penderitaan yang belum pernah dirasakan seumur hidupnya. Karena sudah terlanjur kesetanan, aku & Donypun tetap melanjutkan genjotan kami di dalam vagina Aisya bahkan mempercepat tempo iramanya walaupun muslimah berjilbab ini telah pingsan & tidak berkutik lagi. Akhirnya aku mencapai klimaks & menyemburkan banyak spermaku ke dalam rahim Aisya & tidak lama setelah itu kurasakan Dony juga mengisi penuh rahim Aisya dengan spermanya bahkan lebih banyak dari milikku. Setelah aku & Dony mencabut penis-penis kami dari vagina Aisya, terlihatlah lelehan sperma yang telah tercampur baur dengan darah keperawanan muslimah berjilbab ini, juga keringat kami, serta air hujan yang selalu mengawal kami dalam menikmati indahnya “surga dunia”.

Singkat cerita, setelah kami bertiga menggotong tubuh Aisya menepi & melepas semua tali yang mengikatnya, serta mematikan keempat handycam milik kami yang sedari tadi merekam pergumulan penuh maksiat & dosa itu, kami langsung memandikan Aisya walaupun Aisya masih dalam keadaan pingsan. Kemudian kemi membuat Aisya terlihat seperti saat sebelum dia diperkosa walaupun dengan pakaian yang telah basah & kotor akan noda-noda di sana-sini, sementara barang-barang bawaan Aisya seperti sajadah Aisya yang telah ternoda di sana-sini & tasnya yang berisi mukena yang juga telah ternoda di sana-sini justru kusimpan sebagai kenang-kenangan bersama CD Aisya yang telah ternoda oleh darah keperawanannya sendiri di dalam laci rahasiaku.

Kemudian pada saat Aisya masih dalam keadaan pingsan, kami cepat-cepat memasukkan muslimah berjilbab ini ke dalam mobilku, untuk selanjutnya kami membawanya ke tempat prostitusi terdekat dari rumahku untuk menjual muslimah berjilbab ini dengan segera, sehingga dapat menghindarkan kami bertiga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tanpa kami duga sebelumnya, ternyata germo di tempat pelacuran tersebut juga sudah menunggu lama akan adanya pelacur yang berjilbab karena banyak juga tamu yang menginginkan & menanyakan hal tersebut, hanya belum kesampaian sampai sekarang. Oleh karena itu germo tersebut mau membeli Aisya dengan harga 5 juta, walaupun germo tersebut telah mengecek seluruh bagian tubuh Aisya & didapatinya cupangan di sana-sini terutama pada bagian payudara & sekitarnya, serta didapatinya bibir anus Aisya yang telah rusak, terlebih lagi vagina Aisya yang juga telah rusak parah. Seandainya saja Aisya masih suci, pasti harganya bisa mencapai 10 juta lebih.
Akhirnya kami deal, & germo tersebut memberi kami 5 juta cash. Beberapa saat sebelum kami bertiga pulang, kami menyempatkan diri untuk mengirim SMS kepada Nur (sahabat Aisya) melalui HP Aisya yang berisikan bahwa Aisya telah memutuskan jalan hidupnya sendiri, yaitu ingin melanjutkan hidupnya di dalam “surga dunia” selama-lamanya sampai akhir hayatnya. & tidak lupa kami juga memberitahukan alamat lokalisasi tersebut pada akhir SMS. Kemudian kami memberikan HP Aisya kepada sang germo setelah sebelumnya membuang simcard HP Aisya ke tempat sampah.

Singkat cerita, kami sering berkunjung ke lokalisasi tersebut untuk kembali mencicipi Aisya di saat kami merindukannya. Yang menjadi masalah adalah tarif Aisya yang terlalu tinggi, bahkan paling tinggi diantara pelacur-pelacur yang lain. Mungkin dikarenakan Aisya adalah tergolong pelacur model baru, yaitu pelacur yang mengenakan jilbab. Sementara masalah yang lainnya adalah antrian tamu yang ingin mencicipi tubuh muslimah berjilbab ini. Orang-orang penting selalu memesan Aisya terlebih dahulu via HP kepada sang germo, sehingga kami selalu kalah cepat. Yang kami tidak habis pikir adalah model-model pakaian yang dikenakan Aisya dari hari ke hari sungguh bervariasi & sangat merangsang. Yakni, mulai dari Aisya yang mengenakan jilbab ketat yang diikatkan erat ke belakang lehernya, kaos lengan panjang ketat, rok panjang yang juga ketat, & kaos kaki tanpa sepatu yang berwarna serba hitam, hanya saja belahan pada rok Aisya terlalu tinggi & hanya menyisakan kira-kira kurang dari 5cm saja sehingga menampakkan keindahan pahanya yang benar-benar mulus & seksi. Aisya juga pernah memakai pakaian yang cukup merangsang, yaitu berjilbab ketat yang diikatkan erat ke belakang lehernya dengan pakaian yang berwarna serba merah menyala, anehnya yang menutupi buah dadanya hanya BH yang divariasi hingga sangat merangsang, sementara roknya adalah menggunakan rok yang sangat pendek didukung oleh sepatu dengan hak tinggi, sehingga keindahan perut, punggung, & paha mulus muslimah berjilbab ini tidak dapat ditutupi lagi. Hanya saja setiap kali kami melihat Aisya di lokalisasi tersebut, mata Aisya selalu menatap dengan tatapan yang kosong. Mungkin secara psikologis, Aisya benar-benar terpukul dengan kejadian yang dialaminya itu.

Suatu hari ketika kami merindukan tubuh muslimah berjilbab ini, kami mendatangi lokalisasi tersebut & mendapati Aisya sedang mengiba-iba & memohon ampun kepada Nur sahabat Aisya di suatu lorong dekat lokalisasi yang tidak banyak orang di sana. Mungkin Nur sungguh tidak menyangka bahwa sahabatnya yang dikenalnya selalu alim & santun, kini menjadi rusak & liar seperti ini. Kami bertiga tidak begitu jelas mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, tapi yang jelas yang kami lihat terakhir adalah Nur menampar pipi Aisya dengan keras & meninggalkan Aisya begitu saja disambut dengan tangisan Aisya yang menjadi-jadi. Ternyata kami tidak hanya telah merusak masa depan & menjebloskan seorang gadis alim berjilbab ke dalam jurang penderitaan, kami juga telah menghancurkan persahabatan antara 2 orang yang sudah berteman sangat baik.

TAMAT.

Senin, 26 Maret 2012

Bercinta Dengan Tante Istriku Yang Seksi

Nama ku Rendi, telah beristri, bekerja di sebuah Perusahaan Swasta, Istriku cukup lumayan, cantik dan bahenol, namun yang akan aku ceritakan ini bukan soal hubungan seks ku dengan istri ku, tapi soal hubungan ku dengan seorang setengah baya, yang setatusnya adalah tante, tapi kami sekeluarga memanggilnya dengan kata Mama, hal ini wajar, agar bisa lebih akrab dan dekat.


Mama Lina, itulah sebutan dan nama dari tante istriku, Mama Lina adalah Istri dari Paman Istriku, maaf beliau (Mama Lina) adalah Istri kedua dari Paman Istriku, Cantik, tidak terlalu tinggi, wajar sebagaimana pribumi, kulitnya terbilang putih, mulus, walau bersetatus tante atau lebih tua dari istriku tapi belum terbilang tua, karena dia istri kedua dari Paman Istriku, semua lekuk tubuh sensualnya masih mengencang, mulai dari payudaranya, masih terangkat keatas dan bulat menonjol menggairahkan, putingnya juga masih seperti milik seorang gadis, perutnya belum mengendor, begitu juga pinggul dan pantatnya masih menonjol.


Anda tahu apa sebabnya ? ialah karena Mama Lina tidak pernah hamil dan ternyata selama 9 tahun berumah tangga dengan Paman Istriku, boleh dikatakan hanya 1 tahun dia digauli sebagaimana layaknya seorang istri, selebihnya selama 8 tahun selanjutnya, hanya dia bisa nikmati dengan sentuhan tangan suaminya, Itu semua dia alami Karena Sang suami memiliki penyakit Jantung kronis, dan sudah tiada.


Singkat ceritanya ialah Mama Lina sudah lebih kurang 1 tahun menjanda, sebatang kara, tidak punya anak, apalagi cucu, tidak bekerja dan juga tidak memiliki usaha, peninggalan suami pas-pasan, oleh karenanya aku bersama istri sudah berniat untuk membelanjakan atau memberikan nafkah kepada Mama Lina, mulai dari urusan bayar telepon, Listrik, sampai urusan belanja dapur. Hidupnya sehari-hari ditemani dengan seorang pembantu rumah tangga, yang juga menjadi tanggungan kami.


Setiap dua minggu sekali istriku selalu datang menemui Mama Lina untuk menjenguk sekaligus membawanya belanja keperluan dapur ke Supermarket, aku paling hanya telepon dan paling sebulan sekali menjenguknya. Semua ini kami lakukan hitung-hitung balas budi, karena sewaktu suaminya masih ada dan kondisi kehidupan kami belum mapan kami banyak dibantunya.Suatu ketika istriku tidak dapat pergi untuk menjenguk Mama Lina, padahal sudah jadualnya untuk belanja keperluan dapur Mama Lina, istriku kurang enak badan, terpaksa aku menggantikannya, dan hal ini bukan yang pertama kali sudah sering hampir 4-5 kali, namun yang kali ini suatu hal yang luar biasa.

Aku sudah tidak canggung lagi dengan Mama Lina, karena sudah biasa bertemu dan bahkan sudah seperti Ibu ku sendiri. Soal tidur, kami sering tidur bertiga, Aku, Istriku dan Mama Lina, bahkan pernah suatu siang kami, Aku dan Mama Lina tidur berdua dikamar, jadi tidak ada hal yang aneh, namun kali ini kejadiannya tidak terencana dan sangat mengagetkan.Selesai jam kerja di sore hari, aku langsung menuju kerumah Mama Lina, untuk menggantikan istriku menemani Mama Lina belanja keperluan dapur sebagaimana rutinnya, Setibanya di rumah Mama Lina aku langsung memarkirkan mobil ku di depan garasi rumahnya.


“Sore Ma……!” Sapa ku sambil menghampiri Mama Lina yang sedang tiduran di sofa sambil menonton TV, kucium tangannya dan kedua pipinya, hal ini adalah kebiasaan di keluarga kami kalau bertemu dalam satu keluarga.


“Dengan siapa kamu Ren …?” Mama Lina bertanya sambil melirik kearah pintu utama dan melihat ku dengan kening dikerut.


“Ya dengan Mobil Ma …..!” Jawab ku santai dan berbalik ke arah Lemari Es untuk mengambil segelas air dingin.

“Jangan bercanda …., Mama Tanya beneran “


“Rendy tidak bercanda Ma…., Rendy jawab benaran “ sekarang aku duduk di bangku tamu didepan sofanya, sambil ikutan menonton TV.

“Maksud Mama, Eva tidak ikut ?” Eva adalah Istri ku.


“Eva lagi tidak enak badan, jadinya Rendy yang kesini” Jawab ku sambil mengalihkan pandangan dari pesawat Televisi kearah Mama Lina, namun pandanganku terhenti di kedua panggkal pahanya yang sedang dilipat dan saling bertindihan.Kusadari Mama Lina tidak sadar kalau dasternya tersingkap atau dia tahu tapi karena hal ini sudah biasa maka tidak ada masalah bagi kami.


Kali ini aku merasakannya agak aneh, kog aku merasa terangsang dengan pandangan ini. Aku sadar sehingga kualihkan secepatnya pandanganku lagi kearah pesawat televisi, tapi perasaan ku menggoda, sehingga aku mencoba mecuri pandang dengan melirik kearah paha tadi, hati semakin tidak tenang, pikiranku mulai tidak normal. Kucoba membuang fikiran yang sudah mulai tidak menentu arah.


“Ma….. !`” sapaan ku berhenti, aku ingin menggajak nya bicara tapi pada saat aku menyapa sacara bersamaan aku memalingkan pandangan ku lagi kearah wajah Mama Lina, tapi pandangan ku berhenti di bagian dada Mama lina yang terlihat gundukannya dikarenakan belahan dastrernya pada bagian dada melorot kesamping, karena pada saat itu posisi tidur Mama Lina disofa miring.

” Ada apa Ren … ” Tanya nya mengagetkan ku, aku segera memalingkan pandanganku kewajahnya.



” Ayo Ma…, rapi-rapi, sudah hampir jam 7 nich, nanti Supermaket tutup”

” Ren…, badan Mama rasanya lemes, kurang bersemangat, bagaimana kalau besok aja kita belanjanya”



” Yah … Mama ….., Rendy udah sampai disini, lagi pula besok Rendy ada kerja lembur, dan iya kalau Eva sudah enakkan dan bisa kesini. ”

“Ya udah kapan kapan aja “ sambutnya lagi,

“Enggak ah Ma… sekarang aja, nanti kalau ditunda-tunda jadi enggak jadi kayak dulu”

“Kamu memang orangnya keras kepala Ren, kalau ada maunya tidak bisa ditunda”

“Ya sudah Mama salin dulu, tapi kalau nanti Mama jadi sakit kamu yang repot juga”


Akhirnya dengan malas dia bangun dari sofanya menuju kamar, akupun melanjutkan menonton Televisi. Selang beberapa menit aku menunggu dengan tidak sabar, akupun melirik kearah pintu kamar, dan tiba tiba mata ku terperanjat melihat pandangan didalam kamar, kulihat Mama Lina membelakangi pintu kamar dengan hanya menggunakan celana dalam tanpa BH, sayangnya posisinya juga membelakangi ku sehingga aku hanya bisa menikmati lekukan tubuhnya dari belakang, dan cukup indah masih seperti anak remaja, semuanya serba ketat dan gempal. Aku semakin kacau.


Kuperhatikan terus dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, rambut yang terurai semakin menggairahkan ku. Kulihat Mama lina sedang memakai Baju Kemeja putih berenda, wah rupanya dia tidak memakai BH, setelah itu dia pakai celana Jean ketat panjangnya tiga-per-empat, dan langsung berbalik kearah pintu kamar, aku dengan cepat juga memalingkan muka kearah Televisi seolah-olah tidak tahu apa yang terjadi tadi di kamar.


“Ayo Ren …. Kita jalan “, sapa Mama Lina yang sudah keluar dari kamarnya, dan akupun meraih remote TV untuk mematikan TV, sambil bangun dari sofa yang aku duduki.


“Kalau nanti Mama sakit, kamu harus tanggung ya Rend !” Mama Lina membuka lagi pembicaraan setelah beberapa menit kami meninggalkan rumahnya dan Mama lina sedang menikmati jalan sambil duduk disebelahku. Aku sambil memegang setir mobil menjawab dengan santai dan manja.

” Ya …. Iya dong Ma…., siapa lagi yang ngurus Mama kalau bukan Rendy.”


” Mama sambil rebahan ya Ren ?” pintanya sambil merebahkan sandaran jok mobil yang didudukinya.


” Boleh kan Ren ?” pintanya lagi sambil memegang tangan kiriku, tapi saat ini posisi Mama Lina sudah rebah dan terlentang, seolah-olah memerkan dadanya yang menonjol menggairahkan itu.


Aku menoleh kesamping kearah Mama Lina sambil mengangguk, tapi lagi-lagi pandanganku terhenti didada Mama Lina, yang terlihat samar lekukannya dari balik bajunya yang sengaja tidak dikancing pada bagian atasnya. Kuarahkan lagi pandangan ku kejalan raya agar tidak terjadi apa-apa.Setibanya di Supermarket mobil aku parkirkan ditempatnya dan kami pun berjalan menuju kedalam supermarket sambil bergandengan, Mama lina mengait tanganku untuk digandolinya, hal ini sudah biasa bagi kami, tapi kali ini darah ku berdesar-desar saat bergandengan tangan dengan Mama Lina, bagaimana tidak berdesar, yang sedari tadi dalam fikiran ku terlintas terus lekukan buah dada Mama Lina kini tersenggol-senggol mengenai siku kiri ku seirama dengan gerakan langkah kami selama menuju kedalam Supermarket.


Setibanya didalam supermarket aku langsung menyambar lorry yang berada disisi pintu masuk supermarket, dan kami pun bergandengan lagi menuju ke barisan etalase keperluan Rumah tangga. Satu persatu barang keperluan dapur dipilih dan diambil oleh Mama Lina, akupun asik dengan kegiatan ku sendiri memperhatikan lekukan badan Mama lina yang masih mengencang yang bergerak terus kadang merunduk dan berdiri lagi sambil ia memeriksa barang yang terdapat dietalase. Khayalan ku terhenti karena sapaannya.


” Rend coba kamu lihat labelnya ini, apakah jangka waktunya masih berlaku tidak “ pintanya sambil jongkok dan dan tanpa melihatku kebelakang dengan tangan memegang sebuah makanan kaleng memberikan kepada ku.Kemudian aku bergerak mendekati Mama Lina dan berdiri tepat disampingnya yang sedang jongkok, kuambil makanan kaleng yang ada ditangannya dan kuperhatikan dengan seksama label masa berlaku yang dimaksud.


” Masih lama nih Ma……” Jawab ku sambil mengembalikan makanan kaleng tadi kepada Mama Lina, yang saat ini posisinya sedang membungkuk memperhatikan barang-barang yang lain.


Aku terperanjat melihat dua buah gunung yang menempel di dada Mama Lina, terlihat jelas karena posisinya yang membungkuk sehingga bajunya menggantung kebawah.Buah dada yang indah, masih mengencang, dan memiliki putting yang masih kencang dan tidak terlalu besar, maklum karena Mama Lina belum pernah menyusui bayi. Bentuknya masih bagus, tanpa keriput sedikitpun di sekitar putingnya, putih mulus dan terawat dengan baik. Ada sekitar sepuluh detik aku memperhatikannya, terhenti karena Mama lina berdiri dan bergeser posisi.Kini akupun tetap berada disampingnya, dengan maksud untuk mendapatkan kesempatan memandang seperti tadi, dan benar Mama lina sebentar-bentar menunduk, dan kesempatan itu tidak aku lewati dengan langsung mengincar pandangan buah dada yang indah itu. Sudah lebih kurang setengah jam kami mengitari etalase demi etalase, tiba-tiba dari posisi jongkok Mama Lina meraih tangan kiriku yang sedang berada disebelahnya. Sambil menggandul ditanganku Mama Lina berdiri dan merapatkan badannya disisi badan ku langsung meletakkan wajahnya di bahu kiri ku sambil bergumam


” Mama pusing Ren.. Mama udah enggak kuat lagi” Kemudian tangan kiri ku mengait pinggul Mama Lina setengah memeluk dan berkata,


“Ya.. sudah Ma, kita pulang aja, kalau masih ada yang kurang belanjaannya bisa dibeli di warung dekat rumah aja” Tanpa menunggu jawaban Mama Lina, sambil tetap merangkulnya tangan kanan ku meraih kereta dorong belanjaan dan berjalan menuju Kasir.


Selesai membayar semua belanjaan aku pun meminta petugas kasir untuk membantu membawakan barang ke Mobil, sementara aku berjalan didepan sambil merangkul Mama Lina. Yang kurasakan sekarang buah dada Mama Lina menempel di rusuk kiri ku, dan nafasnya yang wangi sangat terasa disisi pipi ku. Setibanya di Mobil aku pun membukakan pintu dan membimbing Mama Lina masuk ke Mobil, perlahan aku dudukan dan kurebahkan ke kursi yang berada disebelah supir, dan sambil kedua tangan ku menahan badan Mama Lina rebah, tersenggol lah kedua sisi buah dadanya oleh tangan ku, aduh… alangkah kerasnya tuh buah dada.


Diperjalanan pulang kutanyakan apakah perlu diperiksa ke dokter, tapi Mama Lina mengatakan tidak perlu, karena dia hanya merasa pusing biasa, mungkin masuk angin. Aku pun menyetujui dan langsung mengarahkan mobil ke rumah Mama Lina. Kusempatkan memegang kening Mama Lina dengan tujuan memeriksa apakah badannya panas atau tidak. Kupalingkan pandangan ku sekali sekali kearah Mama Lina yang tiduran disamping.

“Masih pusing Ma….., Tanyaku.

“Sedikit ….. ” jawabnya singkat.

“Ntar juga sembuh Ma …….”.


Pembicaraan kami terhenti dan diam beberapa saat.Mobil aku parkir didepan rumah, dan dengan bergegas aku turun terus menghampiri sisi pintu kiri mobil untuk membukakan pintu bagi Mama Lina, pintu pun ku buka, kulihat Mama Lina terasa berat mengangkat badannya dari Jok Mobil.

“Bantu Mama dong Ren…., dasar tidak bertanggung jawab ” hardiknya manja.


Akupun langsung merangkul pinggulnya turun dari Mobil dan langsung memapah kedalam rumah. Setibanya didepan pintu masuk Mbok Atik pembantu Mama Lina membukakan pintu dan aku sambil membopong Mama Lina memerintahkan Mbok Atik untuk menurunkan barang serta menguncil kembali mobilnya.

“Mama mau tiduran di Sofa atau dikamar?”


“Dikamar aja Rend” Kami pun menuju kamar, dan aku langsung membaringkan Mama Lina terlentang di tempat tidur. Mama Lina pun berbaring sambil memegang kepalanya.

“Rendy balur minyak kayu putih dulu ya.. perut Mama, setelah itu Rendy pijit kepala Mama” Pintaku.



Mama Lina diam saja, dan aku mengartikan dia setuju, akupun langsung beranjak mengambil minyak kayu putih yang tersedia di tempat obat. Kuangkat sedikit baju kemeja bagian bawah Mama Lina sampai batas rusuk bawahnya, dan akupun membalurkan minyak kayu putih tadi, dengan lembut aku lakukan.


“Ma … Kancing celana Mama di lepas ya… biar lega bernafas” Aku tahu dia pasti tidak menjawab dan aku pun langsung melepas kancing celana nya.


Selesai aku membalur bagian perutnya dan tanpa meminta ijin aku membalur bagian dada atasnya, saat itu Mama lina kuperhatikan sedang memejamkan matanya sambil kedua tangannya memegangi kepala. Dan aku duduk diatas tempat tidur disisi kanan Mama Lina. Sesuai janji ku, selesai membalur akupun mulai memijit kepala Mama Lina, perlahan kutarik kedua tangannya kebawah, dan tanpa kusadari tangan kanannya jatuh diatas pangkal paha ku hampir mengenai punya ku.


Perlahan aku pijit dengan lembut kepalanya, dia pun menikmatinya, tiba-tiba aku teringat pemandangan yang indah sewaktu di supermarket tadi, dua gundukan daging yang menggairahkan, seketika itu juga pandangan ku berpindah ke dada Mama Lina, tapi sial yang terlihat hanya bagian atasnya, bajunya hanya terkuak sedikit pada saat aku membalurkan minyak kayu putih pada bagian dada tadi.


“Ren …. Jangan pulang dulu…, temani Mama sampai enakan” Aku terkejut dengan suara tadi dan akupun memalingkan muka ku kearah wajah Mama Lina, sambil mengangguk.


Pijitan ku terus pada kepala Mama Lina, dan Dia pun kembali memjamkan matanya.Terasa capek karena posisi ku memijit agak membungkuk, akupun pindah duduk di lantai karpet. Sekarang posisi memijit ku sambil duduk dilantai dengan kepala aku tidurkan ditempat tidur, pas berada disamping karena buah dada Mama Lina.Karena mungkin terlalu capek, akupun tertidur pulas, ada mungkin 15 menit, dan aku terbangun karena tekanan buah dada sebelah Kanan Mama Lina pada ubun-ubun kepala ku.


Kuangkat kepala ku, kudapatkan Mama Lina sedang tidur miring kekanan menghadap ku, dan tanpa kusadari sekarang pipi ku menempel langsung pada bagian atas buah dada kanan Mama Lina. Aku tidak berani bergerak, kudiamkan saja pipi ku menempel, tapi barang ku mulai bergerak mengeras. Ada lebih kurang satu menit aku terdiam pada posisi ini, dan tiba-tiba Mama Lina memindahkan tangan kirinya yang sedari tadi di atas paha nya ke bahu ku tepat dibawah leher, seolah-olah memeluk ku. Gerakan Mama Lina tadi menyebakan bajunya yang terkuak nyangkut di dagu ku dan tertarik kebawah, sehingga makin terbuka lebar buah dada yang terbuka, dan kepala ku juga ikut terdorong kebawah dengan posisi tidur Mama Lina masih miring dan yang menyenangkan bagi ku ialah putting susu kanan yang kecil mungil tadi berada satu centimeter diujung bibir ku.


Aku heran dan gemeter, apakah ini sengaja dilakukan oleh Mama Lina, dan apakah dia benar-benar tidur sehingga tidak mengetahui keadaan ini. Sementara fikiran ku bertanya-tanya tanpa kusadari lidah ku sudah mulai menjilati pinggiran putting yang kecil mungil dan halus itu, terus aku jilati sepuas ku dan perlahan aku geser kepala ku sedikit agar lebih dekat dan dapat mengisap serta mengulumnya. Kini aku isap putting yang menggairahkan itu.


Mama lina masih memejamkan matanya, entah tidur atau tidak tapi aku sudah tidak perduli lagi dan perlahan aku buka satu lagi kancing baju atasnya, agar aku bisa lebih leluasa menjilati buah dada yang indah ini. Tiba-tiba ada gerakan pada kaki Mama Lina, dan dengan segera aku lepas kuluman bibir ku di putting Mama Lina dan aku ber pura-pura tidur, wah bener Mama Lina menggerakkan badannya dan berpindah posisi miring membelakangi ku.


Untuk beberapa saat aku terdiam sambil memperhatikan punggung Mama Lina, namun fikiran ku terus merayap mencari akal agar aku dapat menikmati buah dada yang montok tadi, maklum nafsu ku sudah mulai tidak bisa dibendung, untuk pulang kerumah menyalurkannya perlu waktu lagi, sementara disini sudah mulai dapat kesempatan, apalagi aku tahu Mama Lina sudah bertahun-tahun tidak pernah di sentuh barang sakti, pasti vaginanya sudah mulai rapat dan ketat lagi.Akhirnya aku putuskan untuk memberanikan diri naik ketempat tidur dan berbaring disebelah Mama lina dengan posisi miring menghadap punggung Mama Lina.


Untuk beberapa saat aku merfikir memulainya dari mana, aku bingung, tapi akhirnya aku putuskan untuk memeluk Mama Lina dari belakang dengan melingkarkan tangan kanan ku ketengah dadanya. Perlahan ku tempelkan telapak tangan ku bagian atas buah dada kiri Mama Lina, wah…. benjolannya masih keras, pelan ku gerakkan tangan ku turun ke bagian tengah buah dadanya, sekarang posisi tangan ku sedang mempermainkan putting buah dada Mama Lina sambil sebentar - sebentar meremasnya.


Kurasakan badan Mama Lina bergerak dan akupun berhenti dalam permainan ku sejenak dalam posisi masih memeluk Mama Lina dan tangan ku masih berada diatas gundukan buah dada Mama Lina. Bersamaan akan aku mulai lagi permainan ku tadi, karena aku anggap Mama Lina sudah pulas lagi, ku dengar suara serak dan parau dari sebelah ku.


“Ren dari tadi Mama tahu kalau Rendy mimik, dan sekarang pegangi susu Mama “ suara ini datangnya dari Mama Lina. Aku sangat terkejut dan kaku sekujur tubuh ku, takut dan bersalah.


“Ma …..” belum selesai aku berbicara tiba–tiba tangan ku yang berada diatas buah dada Mama Lina dipegangnya dan ia berkata


“Tidak apa-apa Ren……., kalau kamu masih belum puas teruskan aja, asal kamu bisa memberi kesenangan pada Mama”


Tanpa menunggu aba-aba lagi dari Mama Lina, aku segera menarik badan Mama Lina sehingga pada posisi telentang, dan karena kancing bajunya sudah terbuka setengah maka terkuak lah buah dada yang aku remas -remas tadi.


“Rendy akan memberikan kepuasan yang telah lama hilang dari Mama malam ini” selesai berkata demikian, aku langsung menerkam dan melumat bibir mungil yang dihadapan ku.


Permainan bibir berjalan sangat panjang, kami saling bertukar menghisap bibir atas dan bawah, saling mempermainkan lidah, bagaikan dua orang yang sudah lama tidak berciuman.Permainan bibir dan ciuman kuhentikan dan aku berkata lembut sambil memandangi mata Mama Lina yang sudah mulai layu.

“Mama sudah puas ciuman Ma ……..” dia tersenyum dan mengangguk.


“Sekarang Mama nikmati ya……., Mama diam dan nikmatilah, Rendy akan memberikan kesenangan yang Mama minta”


Perlahan aku pelorotkan badan ku yang ada diatas Mama Lina turun kebawah, sehingga muka ku persis diatas dada Mama Lina. Ku ciumi lembut leher kirinya dan perlahan berputar ke leher sebelah kanan, setelah puas dengan ciuman di leher, ciuman aku pindahkan kebagian atas dada Mama lina.


Pertama aku ciumi dan aku jilati gundukan kedua dadanya, dan bergeser kebagian tengah, kini aku kitari keliling gundukan buah dada yang kanan dan sekarang yang kiri. Perlahan ku rambatkan juluran lidah ku keatas puting susu kiri Mama lina dan kuisap sedikit-sedikit sambil menggigit halus. Kuraskan kedua tangan Mama Lina mulai mendekap badan ku, dan kurasakan juga Mama Lina mulai menggerak-gerakkan pinggulnya yang kutahu dia sedang mencari ganjalan agar menekan tepat dibibir vaginanya. Aku pindahkan lagi kuluman dan permainan bibir ku ke putting susu Mama Lina yang sebelah kanan, Mama lina makin bergerak agak cepat, dia mulai terangsang penuh.

“Enak Ma….., ???Mama Senang .??…..”sambung ku lagi.


“Ren …. Mama senang, Mama Puas….., Kamu pinter, kamu lembut …….anak manis, …… Mama sudah lama sekali tidak merasakan ini, Mama ….mau kalau setiap ketemu Kamu cium dan mimik Mama………”“Ren ……, lagi nak ……., jangan terlalu lama ngobrolnya, teruskan aja apa yang kamu mau lakukan, Mama pasti senang”.

“Cium lagi Ren ….., Mimik lagi anak manja …..’”


Aku pun meneruskan permainan lidah ku di kedua susu yang mentul dan keras itu. Perlahan ciuman dan jilatan ku turun ebawah sambil aku melorotkan lagi badan ku, kini kaki ku sudah menyentuh lantai. Ku ciumi perlahan perut Mama lina terus kebawah sambil membuka resliting celana Mama lina.Sekarang posisi ciuman ku sudah berada dibagian bawah pusar Mama Lina, kira-kira satu centi lagi diatas klitoris Mama lina.


Badannya mulai bergerak tidak menentu, pinggulnya naik turun seakan ingin segera ujung lidah ku menyentuh belahan yang sudah mulai membasah ini, sesekali kudengar suara desis dari bibir mungil Mama Lina dan nafas yang sudah mulai tidak menentu.


“ahhkk…. Hek …….ehhhh, yaa…hhhh Ren……”


Perlahan kutarik dan lepaskan celana jean dan sekaligus celana dalam Mama lina, badan dan kakinya ikut dilenturkan agar mudah aku melepaskan celana yang menutupi vaginanya.Sekarang celananya sudah terlepas tidak ada lagi yang menutupi kulit mulus Mama Lina dari pusar kebawah, sementara kancing baju yang dipakainya sudah kubuka semua dan telah terbuka lebar.Aku terdiam sejenak dan memandangi tubuh mulus Mama Lina yang sedang telentang pasrah sambil memejamkan matanya. Kupandangi dari kedua buah dadanya sampai ketengah selangkangannya yang menjepit vagina yang ditumbuhi bulu halus dan pirang, Berulang kali aku pandangi, akhirnya aku terkejut oleh suara Mama Lina.


“Anak manja …….., apa sudah selesai kamu puaskan Mama, …..atau Mama cukup kamu pandangi saja seperti itu??”


“Tentu tidak Mama sayang ……, Mama akan mendapatkan kepuasan yang belum pernah Mama dapatkan sebelumnya,. …..tapi Rendy tidak akan menyia-nyiakan pemandangan yang langka ini, jadi Rendy puas-puaskan dulu memandangi Mama….”


“Ayo lah Ren…., mama sudah tidak sabar lagi merasakan kepuasan yang kamu janjikan….., kamu bisa memandang Mama kapan saja dan dimana saja nanti, Mama pasti kasih asal kamu selesaikan dulu sekarang”


Tanpa menjawab apa-apa lagi aku pun berlutut diujung kakinya du tengah kedua kakinya. Perlahan aku elus dengan kedua tangan ku kedua kaki Mama Lina mulai dari bawah betisnya sampai kepangkal pahanya ber-ulang kali naik turun sambil kedua ujung jari ku menyentuh sekali-sekali bibir kiri dan kanan Vaginannya. Rangsangan mulai dirasakan Mama Lina, kaki dan pinggulnya mulai bergerak dan kejang-kejang. Melihat hal itu aku langsung membungkuk dan menjilati sekeliling bibir Vagina Mama Lina.


Tercium aroma khas vagina yang terawat dan basah….., dan aku yakin kalau vaginan ini sudah bertahun-tahun tidak disentuh benda keras, kelihatan rapat dan tidak berkerut seperti genjer ayam, satu keuntung besar aku dapatkan. Permainan lidah ku berlangsung semakit lincah dan sembari menggigit dan menghisap bagian klitoris yang benar sensitive itu.


“Ren…. Enak sekali Rennnn ……., kamu benar ……, Mama belum pernah merasakan jilatan seperti ini …… sungguh sayang …., ahhhkkk Ren …..ahhhh ehhhhhhhlk kkk….. “ sambil bergumam Mama lina menarik rambut ku dengan kedua tangannya agar aku merapatkan dan menekan bibir ku kuat ke Vaginannya.

“Jangan berhenti Ren ….. , Mama puas…., Mama ahhkk…. Mam….., Mama menikmatinya Ren ……. Uhhh…..”


“Kamu apain Ren……, Tobat anakku….., ampun … Mama ……..ahkkkkk ahhhhhhh enak Ren……,”Aku tidak perdulikan ocehannya, terus aku jilati vaginanya yang semakin basah, kutahan pinggulnya dengan kedua belah tangan ku agar tidak menggangu permainan ku dengan rontakan nya.


Tiba - tiba aku rasakan kepala ku diangkat keatas dan kulihat Mama Lina sudah duduk dihadapan ku, dengan cepat kedua tangan Mama Lina meraih ikat pinggang dan kancing celana ku, dan membuka resliting celnaa ku. Kurasakan darah ku mengalir cepat dan bulu roma ku berdiri pada saat tangan kanan Mama Lina menelusup masuk kedalam celanaku dan mengelus batang kemaluan ku.


Ku diamkan saja apa Maunya. Mama lina terus mengelus sembari meremas remasa kelamin ku. Dengan tidak sabar di pelorotinya celana ku, dan karena posisi kuberdiri dengan lutut diatas tempat tidur dihadapan Mama Lina, sehingga gerakan tanganya melorotkan celanaku dan celana dalam ku berhenti di lutut ku, tapi itu semua sudah cukup untuk membuat kemaluan ku tidak tertutup lagi

“Ren ….. besar sekali kamu punya “ di berkata sambil mengelus-ngelus batang dan kantong biji kemaluan ku.



“Ren apa tidak sakit Ren …., Mama kan sudah lama tidak dimasuki ……”

“Tidak Ma….., Nanti Rendy akan pelan - pelan dan Mama akan merasakan nya nikmat..”



Dan ahhhhhk….., tersentak nafasku, Mama Lina sudah mengulunm ujung batang kemaluan ku, dihisapnya dan sambil memaju dan memundurkan kepalanya aku rasakan setengah batang kemaluan ku sudah masuk kerongga mulut Mama Lina. Aku biarkan dia menikmatinya sambil membuka baju ku, setelah itu, aku membuka baju Mama Lina yang sudah terlepas kancingnya tadi.


Sambil Mama Lina menikmati Batang kemaluanku, kedua tanganku juga meremas-remas buah dadanya dan sekali mengelus punggungnya dan yang lainnya. Pokoknya hampir seluruh badannya aku elus. Ciuman Mama Lina di batang kemaluan ku berhenti dan kedua tangan ku diraihnya, dan ditariknya sambil Mama Lina merebahkan kembali Badan nya, maka badan ku pun tertarik merebah menimpa diatas badannya.

” Mama sudah tidak sabar lagi kepengen meraskan batang milik anak Mama yang besar itu Ren ..”



“Iya … Sayang …. “ Sambut ku sambil menyambar bibir mungil Mama Lina.


Sembari mencium, pinggulku ku gerak-gerakan untuk mengarahkan Batang sakti ku masuk ke mulut Vagina Mama Lina yang sudah sempit lagi itu. Kurasakan Batang ku sudah menempel di Vaginanya, dan aku rasakan Mama lina mengangkat pinggulnya untuk menekan rapat kebatang kemaluanku.Kuangkat pantat ku dan pelan kuarahkan ujung batang kemaluan ku tepat di tengah lubang yang basah ini, kutekan pelan-pelan dan ahkkkk tersentak badan Mama Lina.


“Sakit Ma ……??”, Tanya ku dan Mama Lina tidak menjawab dia hanya mendesih…. Ehhhhhhh. Aku terus menekan sedikit demi sedikit, masuk sudah setengah kepala batang kemaluan ku…..Kutekan terus dan sekarang seluruh kepala kemaluan ku sudah masuk di lobang nikmat ini…… Kutekan terus per lahan dan pelan dan masuk lah setengah Batang ku tapi Mama Lina berteriak…..

“Aduhhhhhh … ahhkkk…”Aku hentikan gerakan menekan ku dan akubertanya :


“Sakit Ma……,??”Dia mengangguk tapi kedua tangannya memegang pinggul ku seakan tidak membolehkan aku mencabut batang ku dari vaginanya.


Aku berfikir, baru setengah sudah sakit dan terasa terjepit. Memang Batang ku cukup besar diatas normal sementara Mama Lina tipikal tubuh badan pribumi yang mungil dan memiliki barang yang sempit, aku jadi penasaran dan ingin merasakan nikmatnya kalau seluruh batang ku masuk. Perlahan kugerakan lagi pantatku menekan kedalam, lembut sekali dan sangat perlahan.

“Ehh… ahhh…, Ren…. Ahhhhh…. Iya ehhhh ahh …. Ren …..,” itu lah suara yang keluar dari mulut Mama Lina seiring gerakan ku naik turun yang menyebabkan barang ku keluar masuk.



Sedikit -sedikit gerakan menekan kedalam aku tambah sehingga batang ku yang masuk semakin dalam. Aku rasakan diujung batang ku seperti di hisap-hisap, alangkah nikmatnya, aku hampir tidak tahan. Aku perkirakan semua batang ku sudah ambles kedalam karena terasa hangat dan nikmat. Dengan lembut aku rapatkan selangkangan ku sambil kedua tangan ku menguak dan mengangkat kedua kaki Mama Lina. Ku tekan rapat-rapat dan ku gerakkan memutar pinggul ku dengan pahaku menempel rapat dan semua batang ku telah masuk.


“Ren ….. nikmat sekali ren, sudah lama sekali Mama tidak merasakan seperti ini, kamu pandai bermain seks … Nak… Mama … bisa ketagihan Ren….”Aku terus memutar pinggul ku dan menciumi lehernya sambil merapatkan badan ku.

“Mama bisa minta kapan saja ….., Mama tinggal telepon dan Rendy pasti melayani Mama ……”

“Ma ….. punya Mama masih enak, rapat dan menghisap …., Rendy menikmatinya Ma…..”



“Ahhhkk Ren …., goyang ehhhhh, goyangnya lebih cepat sayang ….., Mama kayaknya mau dapat “



“ahhkkkk Ren ,,,, ya…. Uhhhh ……hekkk .. Ren……”Aku hentikan sejenak goyangan ku dan kuperbaiki posisi ku dengan sedikit menarik dengkul ku agak menekuk agar pada saat dapat nanti aku bisa leluasa mengankat dan menekan pantat ku dengan leluasa.

“Jangan berhenti sayang …..”


“tenang Ma…. Kita dapatnya bareng, … pada saat dapat nanti Rendy akan keluar masuk kan punya Rendy biar Mama lebih nikmat lagi…. Kalau dapat Mama bilang Ya…..” aku sudah mulai menggoyang pinggul ku dengan merapatkan panggkal paha ku.


“Ma…. Sekarang nikmati, pejam kan mata Mama ….” Ku goyangkan terus berputar pinggul ku makin lama makin cepat.

“Ren …. Ahhhh, terus Ren…., Terus Sayang,….. auuu… ahh…., ya…. Ren….Ya……”


“Uh ……ahhhh, eeeenak,,,, sekali anak ku….., kamu…. Ahhhhh, goyang … tekan,,,,,,” Semakin mengejang seluruh badan Mama Lina dan goyangan ku semakin cepat berputar.


“Ren… ahhhh, Ren …. Reennnn , Mam ….. ahhhh, ahhhh .., Ren ……. Dah……., Mama mau ….., Mama keluar anakku…..” Mendengar perkataan itu aku pun mempercepat goyang ku.“Ren…. Enak Ren,,,,,,,… terus Rennn…” aku tekan dan aku goyang terus, sambil aku menahan agar aku tidak keluar. Sengaja aku lakukan agar Mama Lina puas dulu baru aku keluar.

“Dapat yang panjang …. Ma,….. Ah,….. yang lama … Ma …. Puaskan Ma……”

“Mama puas Ren,,,,,…. Terus Ren,,,,,,,. Ahhhhh, ahh huhhhh…. Kamu dapat juga sayang …. “



Aku hentikan goyangan ku dan dengan segera aku ganti dengan gerakan naik turun.

“Au …. Ahh… Ren ,,,,, , ya…. Ren… yang kayak gini makin nikmat Sayang…..”


“Puas…. Puas…. Aduhh… enak sekali…. Ahhhhhh, yam,,,yahhhhhhh terus Ren …….” Gerakan naik turun ku semakin cepat dan batang ku terasa semakin keras nafas ku semakin tidak teratur.


“Ma… ahhhh, Ma….., ya….. Mama Sayangg ……, enak sekali Ma…., Punya Mama kering ……, auuu Aduhhhh”

“Ahhhhh, Mam…. Rendy mau dapat Ma….”

“Dapat lah Sayang …. Dapatlah…., semburkan semua …… Mama sudah puas sekali….”


“Ayo …. Ayo Manja……”Akupercepat gerakan ku sehingga bunyi yang terdengar semakin berdecak, agak kutegakkan badan ku mengambil posisi siap untuk menembakkan cairan dari Batang ku.

“Rendy dapat Ma …., Keluar ahhhhhh Ma,,,,,,,”.

“Re…. Mama juga rasakan sayang…., hou…. Keras sekali sayang,,,,,,,, terus Nak……, puaskan manja….”



Semburan mani ku banyak sekali dan berulang ulang, tidak tahu berapa kali, dan gerakkan ku makin pelan dan akhirnya tubuh ku lunglai menimpa tubuh kecil Mama Lina.Aku masih terkulai diatas Mama lina sementara batangku belum kucabut dan masih kurasakan denyutan-denyut liang vagina Mama lina.


Perlahan aku jatuh kesamping kanan Mama Lina yang sedang terbaring lunglai juga, aku masih memejamkan mata ku sambil menikmati permainan yang baru saja selesai. Mama Lina memiringkan badannya menghadapku dan tangan kirinya melingkari dada ku, dan menciumi pipi ku.


“Mama puas sekali Ren…, Terima kasih Na……,”dia terus menciumi pipi ku dan aku melirik sambil tersenyum. Kulihat dia sedang menyibak selangkangannya dengan tissue yang ada di meja samping tempat tidur, dan setelah selesai Mama lina bangkit duduk mengelap batang ku

Cheerleader Baru

Namaku Deny, aku seorang siswa SMU di salah satu besar yang cukup terkenal. Aku memang tidak memiliki tampang yang cukup tampan atau badan yang atletis. Tetapi aku cukup lumayan untuk seorang cowok tidak terlalu jelek dan termasuk biasa-biasa saja dalam hal penampilan. Tetapi yang sangat menarik dari diriku adalah kekayaan yang orangtuaku miliki. Setiap hari aku selalu berpergian dengan mengendarai Honda Estillo yang sangat gaul karena modifikasi yang aku lakukan, aku juga selalu mambawa HP Nokia 8250. Belum lagi sifatku yang royal terhadap setiap cewek cantik dan sexy, semakin membuatku dikejar cewek terutama para cewek matre.

Di sekolahku terdapat berbagai macam ekstra kurikuler yang menarik, tetapi yang paling menarik untuk para cewek centil di sekolahku adalah ekstra kurikuler cheerleader, karena untuk masuk dalam ekstra kurikuler tersebut diharuskan melewati seleksi yang cukup ketat. Selain itu cewek yang dapat masuk ke dalam ekstra kurikuler tersebut adalah cewek-cewek yang memiliki tubuh seksi, tampang yang cantik dan keberanian dalam memakai baju minim di depan umum, karena para anggotanya selalu mengenakan baju yang sangat seksi ketika mengadakan pentas. Biasanya mereka hanya mengenakan tank-top atau kembel yang dipadukan dengan rok yang sangat mini atau dengan celana ketat yang super pendek. Secara tidak langsung hal ini membuat para cewek yang dapat masuk memiliki kebanggaan tersendiri karena berarti mereka telah dianggap sebagai cewek yang cantik dan seksi.

Para anggota dari cheerleader biasanya selalu cewek yang sangat centil dan matre. Karena itu sangatlah mudah bagiku untuk mengajak mereka jalan dan "bermain" dengan mereka atau hanya sekedar memegang-megang mereka. Memang predikat "perek" cukup melekat dalam setiap anggota cheerleader, walaupun tidak semua cewek tersebut gampangan, dan ada juga yang memang hanya cewek baik-baik dan mengikutinya karena menyukai tari modern, walaupun jumlahnya paling hanya 2 orang.

Seperti biasanya pada tahun ini cukup banyak cewek kelas 1 yang mau mencoba mengikuti ekstra kurikuler ini. Dan memang pada tahun ini cewek yang mengikutinya terlihat seksi-seksi dan tampang yang cantik. Seluruh anggota baru ini memiliki payudara dan pantat yang besar. Belum lagi mereka memang selalu ke sekolah dengan mengenakan baju ketat dan tipis dan mengenakan BH yang selalu berwarna mencolok seperti hitam, hijau, biru, kuning atau warna mencolok lainya yang membuat payudara mereka terlihat dengan jelasnya oleg setiap mata. Mereka juga selalu mengenakan rok yang pendeknya sekitar satu telapak tangan di atas lutut dan sangat ketat sehingga menunjukkan pantat mereka yang besar.

Melihat para perawan baru yang tersedia aku menjadi ingin mencoba kenikmatan tubuh mereka. Ada 8 anggota baru yang masuk dari kelas 1 angkatan ini. Tapi yang paling menarik perhatianku adalah Melati dan Mawar (sebut saja begitu). Karena mereka memiliki payudara yang besar dan pantat yang besar pula, belum lagi wajahnya yang cukup manis. Melati adalah seorang cewek keturunan Arab dengan ukuran payudara 34B dan pantat yang padat. Cewek ini adalah cewek yang paling merangsang di antara para anggota baik yang baru maupun yang lama. Mawar adalah saorang cewek dengan payudara yang tidak terlalu besar dan itu pula dengan pantatnya bila dibanding Melati. Ukuran payudaranya hanya 32B, tetapi bodinya seksi dan yang paling menarik adalah wajahnya yang manis dan cantik. Ia adalah cewek keturuna Jawa.

Aku sangat berhasrat untuk menikmati tubuh keduanya, tetapi aku belum akrab dengan mereka. Sehingga aku meminta bantuan salah satu anggota cheerleader di angkatanku yang bernama Rani yang sebelumnya sudah sering aku nikmati tubuhnya, bahkan aku secara teratur berhubungan dengannya karena memang kami berdua memilki nafsu yang sangat besar walaupun diluar itu kami juga sering melakukanya dengan pacar kami masing-masing.

Tanpa pikir panjang aku mengutarakanya ke Rani dan tentu saja Rani menyanggupinya, bahkan di luar dugaan Rani menantang aku untuk melakukannya sekaligus dengan mereka bertiga. Tentu saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini karena ini memang sensani yang belum pernah aku lakukan hanya sering aku bayangkan. Entah dengan bujuk rayu apa yang dikatakan Rani kepada Melati dan Mawar sehingga mereka berdua mau malakukan itu. Rani menyuruh aku datang ke villa Rani di puncak yang memang sudah sering kugunakan untuk menikmati tubuh Rani pada malam minggu itu juga tetapi dengan syarat aku tidak pernah membahas kesepakatan ini dengan Melati dan Mawar sebelum hari itu dan aku juga tidak boleh mengatakannya kepada siapapun.

Akhirnya sampai juga hari yang sangat kunantikan. Sekitar jam 14:00 aku segera berangkat untuk menghindari kemacetan, tapi apa boleh buat aku tetap terjebak kemacetan dan aku sampai di villa itu jam 05:00 sore, padahal biasanya bila tidak macet aku hanya mambutuhkan 1-2 jam untuk sampai ke villa tersebut. Sampai di sana, aku disambut oleh Rani yang pada hari pulang terlebih dahulu dari sekolah dengan Mawar dan Melati dengan alasan mereka sakit. Mereka berangkat terlebih dahulu untuk menghindari macet dengan menggunakan mobil Rani.

Di sana aku langsung masuk ke kamar yang terletak di lantai atas, di sana sudah terlihat Melati dan Mawar. Pada saat itu mereka masih mengenakan seragam sekolah mereka yang ketat dan tipis, Melati mengenakan BH berwarna biru langit, Mawar dengan warna kuning dan Rani sendiri mengenakan BH berwarna merah cerah. Penampilan mereka semakin meningkatkan gairahku yang sudah lama kupendam terhadap mereka. Tanpa basa-basi mereka langsung mendorongku ke ranjang yang masih rapi dengan sprei putih. Melati dan Mawar langsung mendekatiku, sementara Rani mengambil handycam dan meminta ijinku untuk merekam adegan yang akan berlangsung, dan mengatakan hanya sebagai kenang-kenangan untuk dirinya tanpa ada maksud menyebarkannya. Aku mengiyakannya saja karena sudah sibuk dengan Melati dan Mawar.

Pada saat itu Melati menciumiku dengan ganasnya dan Mawar mulai menyupang leherku. Tanganku segera beraksi, aku menggerayangi seluruh tubuh mereka berdua, terasa olehku kulit mereka yang halus di paha mereka. Pelan-pelan aku mulai membuka kemeja Melati dan mulai meremas kedua payudaranya di balik BH birunya. Terasa olehku payudaranya yang halus dan empuk, lalu aku mulai memuntir putingnya. Setelah itu aku juga membuka kemeja Mawar dan meremas payudaranya seperti halnya pada Melati. Aku juga mulai menjilat payudara mereka secara bergantian dan menghisapnya tanpa membuka BH mereka.
"Ahh.. ahh.." mereka berdua mulai mendesah saat puting mereka kuhisap.
"Isep terus Den toked gue!" kata Melati.
Mawar pun memohon hal yang sama kepadaku, dan aku semakin bersemangat menghisap puting mereka.

Melati mulai membuka kemeja yang aku kenakan dan Mawar membuka celana dan CD-ku sehingga aku benar-benar telanjang. Melati dan Mawar menjilat dadaku dan pelan-pelan mulai turun ke perut sampai akhirnya Melati mulai menyedot batang kemaluanku sedangkan Mawar mulai mengulum kedua biji zakarku, terkadang Melati menggigitnya dari samping secara pelan-pelan.
"Ahh," aku mulai mendesah karena kenikmatan yang tiada tara.
Aku menyuruh mereka berdua berhenti. Aku segera meraih tangan Melati dan membuatnya telentang di atas ranjang. Kubuka BH-nya dan mulai kulahap kedua putingnya, aku juga mulai membuka roknya dan celana dalamnya, tampak olehku vaginanya yang kemerahan dengan bulu-bulu halus di sekitarnya. Aku buat kakinya mengangkang sehingga terllihat lebih jelas, aku pun langsung menjilati liang kemaluannya dengan ganasnya.
"Ahh.. ahh.." tubuh Melati gemetar dan ia menjepit kepalaku di antara kedua pahanya dan.. "Ahh, ahh.." keluarlah cairan dari liang kemaluannya dan ia mengalami orgasmenya yang pertama.

Aku kembali mencium bibirnya dengan ganas dan melahap kedua putingnya, sambil aku gesek-gesekkan batang kemaluanku di atas liang kemaluannya, "Ahh, Ahh.." tubuh Melati mulai kembali menegang.
"Den Ayo masukin batang kemaluan loe, gue udah nggak tahan," aku mulai mengarahkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan memasukkannya pelan-pelan, aku keluar-masukkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya, "Bless," dan "Ackhh.. Akchh.." Melati berteriak keras sekali karena kesakitan.
Kudiamkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluannya sebentar dan mulai aku goyangkan pelan-pelan.
Lama-lama Melati mulai tampak nikmat sambil terus mendesah, "Ahh.. Ahh.."
Aku pun berganti gaya dengan Melati di atas, tanpa disuruh Melati mulai memompa naik-turun batang kemaluanku dengan semangat, aku pun menggerakkan pantatku naik-turun sehingga terdengar bunyi "Cleb.. cleb.." yang cukup keras pada saat batang kemaluanku masuk ke liang kemaluannya dengan full-nya.
"Ahh, ahh, ahh.." Melati mendesah-desah sambil tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.

Sekitar 7 menit kemudian Melati kembali meminta posisi kembali di bawah. Aku menyetubuhinya dengan sangat bernafsu, dan sektar 6 menit kemudian, "Ahh, ahh.. gue mau keluar Den.."
"Tahan sedikit! gue juga.." kataku.
Kupercepat gerakanku dan akhirnya,
"Akhh.. ahh.."
Melati keluar duluan, dan tidak lama kemudian aku semakin mempercepat gerakanku, aku bertanya,
"Mel, mau di luar apa di dalem?"
"Di dalem aja," jawabnya.
Dan, "Crott.. crott.." aku ejakulasi di dalam liang kemaluannya.

Aku berpelukkan sesaat dengan Melati dan melap keringat di sekujur tubuhnya dengan tanganku, Melati tampak sangat kelelahan. Tapi tiba-tiba Mawar membuatku telentang di atas ranjang, dengan ganasnya ia mulai membersihkan sisa sperma yang ada di ujung batang kemaluanku, dan terus menghisapnya dengan ganasnya. Tak lama kemudian batang kemaluanku kembali bangun dan siap tempur, staminaku tiba-tiba kembali pulih dan nafsuku kembali menggebu. Aku segera meremas pantat Mawar dan menelanjangi dia, sekitar 7 menit aku habiskan untuk merangsang dia, dengan cara menghisap payudaranya dan meremas-remasnya, aku juga menjilat klitorisnya. Terlihat dari wajahnya dia sangat menikmatinya dan sesekali mendesah karena foreplay yang kulakukan.
"Masukkin kontol loe dong Den! masa cuman bigini aja, gue udah nggak tahan.."
Aku menyuruhnya berpegangan ke pinggir tempat tidur dengan posisi seperti mau merangkak. Aku mau melakukan doggy style. Dia melakukannya dengan cepat, dan terlihat dua bongkah pantat yang mulus.

Aku melap keringat yang ada di kedua pantat tersebut dan meremas-remasnya. Aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya, dan aku masukkan sedikit, aku pegang dengan kuat kedua pahanya, dan secara tiba-tiba "Bless.." aku memasukkannya secara mendadak dan langsung seluruhnya, "Akhh.. akhh.." Mawar berteriak dengan sangat keras karena selaput daranya robek mendadak. Ia meronta-ronta tetapi batang kemaluanku tetap di dalam liang kemaluannya, karena pahanya telah aku tahan dengan kuat. Tidak lama kemudian Mawar mulai tenang, dan aku mulai menggerakkan batang kemaluanku maju-mundur secara pelan-pelan. Tak beberapa lama kemudian tampak Mawar mulai menikmatinya, aku pun semakin mempercepat gerakanku.
"Ahh, ahh, ahh.." Mawar mulai mendesah nikmat, tampak olehku dari kaca besar di dinding bahwa wajahnya mulai menikmati batang kemaluanku.
Aku juga melihat adegan yang sering kulihat di film-film porno dari kaca besar tersebut.

Semakin lama aku semakin mempercepat gerakkan maju-mundurku, dan Mawar pun mulai merespon dengan menggerakkan pantatnya maju-mundur berlawanan arah dengan apa yang aku lakukan, sehingga batang kemaluanku keluar-masuk dengan cepat dan sangat keras, "Bless, bless.." aku dan Mawar sangat menikmatinya. Setelah melakukan doggy style selama kurang lebih sepuluh menit, aku mengganti gaya. Mawar tiduran menghadap ke samping sementara aku berlutut dan meletakkan paha kiri Mawar di atas pahaku sehingga Mawar dapat melihat keluar-masuknya batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya.
"Ahh, ahh, ahh," Mawar terus mendesah selama aku setubuhi.
Tidak lama kemudian, "Ahh," Mawar mengalami orgasmenya yang pertama, "Ahh," ia terus mendesah, terasa cairan hangat mengalir dari liang kemaluannya sehingga memperlicin gerakan batang kemaluanku. Aku terus menyetubuhinya.

Mawar meminta untuk berganti gaya dengan gaya konvensional, yakni dengan ia berada di bawah. Aku menurutinya dan terus menyetubuhinya. Sekitar 4 menit kemudian,
"Ahh, ahh.. Den gue udah mau keluar lagi.."
"Tahan sebentar! gue juga," kataku.
Kupercepat gerakanku dan, "Ahh, ahh.." aku ejakulasi di dalam liang kemaluan Mawar, dan Mawar pun mengalami orgasmenya secara bersamaan.
"Ahh, ahh.." Mawar mendesah panjang, dan aku pun mengeluarkan batang kemaluanku.

Tapi Rani yang sejak tadi diam langsung menghisap batang kemaluanku dan membuka bajunya. Setelah agak lama aku kembali "on", aku kembali bernafsu dan menelanjangi Rani dengan ganasnya. Kuhisap payudaranya dengan ganas dan kugigit lehernya sampai tampak merah-merah. Tanpa membuang waktu aku langsung memasukkan batang kemaluanku dan mulai menyetubuhinya dengan kedua pahanya di atas kedua pundakku.
"Ahh, ahh," Rani terus mendesah dan terasa olehku liang kemaluannya sudah basah, mungkin ia dari tadi sudah terangsang.
Rupanya kamera yang tadi ia pegang telah diambil alih oleh Melati untuk merekam semua kegiatan kami berdua.

Setelah 6 menit menyetubuhi Rani, aku mengganti gaya, kusuruh Rani berpegangan di kusen pintu dan melingkarkan kedua kakinya di pinggangku. Aku kembali memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya dan mulai menyetubuhinya kembali.
"Ahh, ahh," Rani terus mendesah, sementara itu aku menopang punggungnya dengan kedua tanganku dan menghisap kedua paayudaranya selama menyetubuhinya.
"Ahh, ahh," Rani terus mendesah, dan setelah menyetubuhinya selama 15 menit, "Den, gue mau keluar," dan.. "Ahh, ahh," Rani mendesah panjang dan mengeluarkan cairan kewanitaannya dari dalam liang kemaluannya.
Ia tidak sanggup meneruskan gaya tersebut, ia memilih melakukan doggy style.

Setelah 5 menit melakukannya, ia kembali mengalami orgasme yang kedua, sementara aku terus menggenjotnya. Tidak lama kemudian aku juga mau keluar,
"Ran, mao dimana?" tanyaku.
"Di mulut gue saja!"
Ia langsung menghisap batang kemaluanku sambil mengurut-ngurut batang kemaluanku dengan jarinya dan "Ahh.." aku keluarkan semua spermaku di mulutnya dan ia menelan seluruhnya. Ia terus menghisap batang kemaluanku hingga bersih dari sisa sperma.

Kami semua kelelahan dan tertidur sebentar. Saat bangun, aku kembali bernafsu karena melihat 3 tubuh seksi tergeletak. Aku mulai kembali merangsang mereka dan mereka juga mulai merangsang diriku. Tubuh mereka kembali menegang dan aku pun mulai tambah bernafsu. Mereka bertiga berposisi seperti akan malakukan doggy style. Rani berada paling depan, Mawar di belakangnya, dan Melati berada di belakang mawar, sedangkan aku berada paling belakang dan mulai menyetubuhi Melati dari belakang, sedangkan Melati menjilat liang kemaluan Mawar, dan Mawar menjilat liang kemaluan Rani, sehingga semua dapat menikmati kenikmatan duniawi.
"Ahh, ahh," terdengar mereka bertiga mendesah dan suara batang kemaluanku ketika memesuki liang kemaluan Melati yang basah.

Sekitar 10 menit kemudian Rani mengalami orgasme disusul dengan Mawar. Tinggallah aku dan Melati meneruskan permainan kami.
Tapi tak lama kemudian, "Ahh, ahh," Melati pun mengalami orgasme, ia merasa kesakitan pada liang kemaluannya.
Tapi karena aku berum mengalami ejakulasi, Mawar berinisiatif dengan menggosokkan kedua payudaranya dengan baby oil sehingga tampak mengkilat batang kemaluanku dijepit di tengah kedua payudaranya dan aku bergerak maju-mundur dengan cepatnya.
Sekitar 5 menit aku mau mengeluarkan spermaku dan, "Crott.. crott.." spermaku keluar di wajah Mawar tapi Rani segera memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya dan menelan seluruh spermaku walau agak terlambat karena sudah ada yang mengenai wajah dan rambut Mawar.

Malam itu kami menginap di villa itu, pada pagi harinya kami melakukannya lagi sampai 6 kali. Sungguh pengalaman ini sangat mengesankan dan terkadang sampai sekarang kami masih sering meneruskannya, walaupun berganti orang.

TAMAT